"Fakta-fakta itu akan kami bawa ke rapat pleno. Setelah itu baru diputuskan dalam rapat kesimpulan Komisi III," kata anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/10).
Adapun temuan fakta di Lumajang tersebut adalah Haryono kepala desa Awar-awar menjadi dalang penganiayaan dan pembunuhan tersebut.
‎Selain itu, izin penambangan pasir tidak pernah ada. Pemkab Lumajang dan polisi cenderung membiarkan penambangan pasir tanpa izin yang ‎dilakukan kepala desa Haryono.
Fakta berikutnya, belum tragedi penganiayaan dan pembunuhan terhadap Salim Kancil dan Tosan. Warga sudah melaporkan teror dan intimidasi yang ditujukan kepada warga ke Polres dan Polsek, namun polisi gagal bertindak cepat melindungi warga yg menolak tambang pasir ilegal tersebut.
‎Nah yang menarik dari fakta itu bagi Masinton adalah ambisi dan prilaku sang Kepala Desa.
"‎Ambisi dan perilakunya Haryono mirip dengan RJ Lino (Dirut Pelindo II). Bayangkan seorang kepala desa bisa mengatur-atur seluruh aparatur pemerintahan daerah Kabupaten Lumajang, termasuk oknum kepolisian dari Polres dan Polsek. Mereka bisa dia atur dengan membiarkan melakukan penambangan pasir tanpa izin," demikian Masinton.
[dem]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Meskipun kepolisian sudah menetapkan Kepala Desa Awar-awar, Pasirian, Lumajang sebagai tersangka, namun Komisi III DPR tidak mendiamkan kasus penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil dan Tosan. 
