Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peternak Kecil Menuju Titik Kehancuran

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 28 Januari 2016, 16:39 WIB
Peternak Kecil Menuju Titik Kehancuran
ternak ayam/net
rmol news logo Komisi IV DPR mesti mencari solusi atas krisis jagung yang terjadi saat ini dan segala akibat yang ditimbulkannya. Jika tidak ada solusi dalam waktu singkat, nasib peternak kecil tradisional atau peternak rakyat bakal mengenaskan.

‎Demikian ditegaskan Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Agribisnis dan Peternakan Kadin Indonesia, Tri Hardiyanto, saat mendampingi Federasi Masyarakat Unggas Indonesia mengadu ke Komisi IV DPR, Kamis (28/1).  Tri mengatakan, lonjakan harga jagung yang  berimbas pada naiknya harga ayam dan telur di tingkat eceran tak cuma merugikan konsumen daging ayam tetapi juga peternak rakyat.

"Saat ini peternak rakyat menuju titik kehancuran," ujar Tri.

Untuk itu dia meminta kepada Komisi IV DPR untuk mencari solusi, termasuk meminta Menteri Pertanian sebagai mitra kerjanya untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan peternak rakyat.

Menurut dia, kalau memang persediaan jagung terbatas, perlu dibuka keran impor bagi perusahaan pakan ternak. Sedangkan jagung lokal yang ada, diserahkan kepada peternak rakyat.

"Harga jagung tingkat lokal ‎dinormalkan kembali. Sekarang harga jagung sangat mahal, bahkan barangnya saja tidak ada. Kalau kondisi seperti ini bisa chaos," ujar Tri lagi.

Bahkan dia khawatir jutaan peternak rakyat gulung tikar jika tidak ada upaya penyelamatan segera. Bernada serius tapi santai, Tri menakutkan peternak rakyat yang gulung tikar akan bergabung dengan ISIS.

"Jangan sampai mereka masuk ISIS," katanya.

Sedangkan Singgih dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia ‎mengatakan, akibat perusahaan pakan ternak kesulitan mendapat bahan baku pakan (jagung), peternak mencari solusi pakan yaitu sorgum.

"Peternak mengubah komposisi pakan. Akibatnya justru membuat produksi ayam hancur," katanya.

Sorgum dinilai tidak memiliki protein yang baik. Tak itu saja, campuran bahan itu menyebabkan ayam kehilangan selera makan.  

"Akhirnya menjual ayam dengan harga murah. Pada akhirnya peternak bisa gulung tikar," ujar Singgih. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA