Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Benarkah Makro Ekonomi Kita Sukses?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/fuad-bawazier-5'>FUAD BAWAZIER</a>
OLEH: FUAD BAWAZIER
  • Kamis, 17 Agustus 2017, 09:17 WIB
Benarkah Makro Ekonomi Kita Sukses?
Fuad Bawazier/Net
AKHIR-akhir ini para pejabat penting di bidang ekonomi dan keuangan pemerintahan sibuk membanggakan "sukses" dengan kebijakan makro ekonomi yang stabil. Padahal Presidennya mendesak para pejabatnya agar mengambil berbagai langkah konkrit untuk mendongkrak ekonomi Indonesia, antara lain melalui berbagai Paket Kebijakan Ekonomi untuk menerobos kelesuan di sektor riil alias mikronya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Makro Ekonomi Indonesia sejak 50 tahun terakhir ini (awal Orba sampai sekarang) praktis stabil begini-begini saja (kecuali saat terkena krisis moneter) dengan kecenderungan kini memburuk.

Sebab dulu pertumbuhan bisa mencapai 6-7 persen; sekarang hanya 5 persen; cadangan devisa relatif stabil diukur rationya terhadap impor; inflasi plus-minus sama/relatif stabil; rata-rata pertumbuhan kredit perbankan dulu lebih tinggi dari sekarang; IHSG BEI dari dulu selalu yang paling menguntungkan di Asia; tetapi utang negara jelas memburuk sebab dulu (Orba) hanya utang kepada IGGI/CGI dengan ratio pembayaran cicilan dan bunganya terhadap APBN yang amat kecil dibandingkan utang negara saat ini yang selain ke CGI juga ke pasar bebas, dengan pemenuhan kewajibannya bisa sampai 25 persen dari APBN; tax ratio juga memburuk; kurs rupiah terhadap valas juga relatif stabil tetapi semasa Orba lebih stabil lagi dengan devaluasi.

Jadi makro ekonomi kini bisa dibilang OK dan masih OK, tapi sebenarnya terus memburuk dan ingat, lama-lama bisa ambruk.

Jadi sebaiknya petinggi ekonomi keuangan Pemerintah tidak terlena apalagi membanggakan "sukses" makro ekonomi sebab dari dulu ya begitu-begitu saja dengan kecenderungan relatif memburuk. Jadi tidak ada yg perlu dibanggakan dengan makro ekonomi Indonesia sekarang ini.

Ada yang bilang ke saya bahwa itu hanyalah manuver para menteri agar tidak terkena reshuffle kabinet. Saya jawab itu urusan politik, tapi yang jelas harus diperhatikan dan dijadikan ukuran kesuksesan ekonomi oleh Pemerintah adalah keadaan mikro ekonomi, karena itulah yang betul-betul dirasakan para pelaku ekonomi, baik penjual/produsen maupun pembeli/konsumen. Propaganda "sukses" yang terus menerus bisa menyesatkan.

Dan bahayanya, lama-lama pemerintah sendiri bisa terlena karena percaya pada kebohongan atau propagandanya sendiri. Kita sedang defisit prestasi makro ekonomi cuma belum sampai terpuruk.

Jadi tanyakanlah pada pasar secara detail apa keluhan mereka. Stabilitas makro penting tapi itu saja tidak cukup, sebab ukuran sukses sesungguhnya di sektor riil atau mikro. Dan di mikro kita sedang babak belur. Bersyukur Jokowi giat membangun infrastruktur yang dalam jangka menengah dan panjang akan mengangkat ekonomi Indonesia. [***]

Penulis adalah mantan Menteri Keuangan RI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA