Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ratusan Sejarawan Kumpul Di Jogja

Penulisan Sejarah Geografi Dan Maritim Masih Kurang

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/arief-gunawan-5'>ARIEF GUNAWAN</a>
OLEH: ARIEF GUNAWAN
  • Kamis, 14 Desember 2017, 20:18 WIB
Penulisan Sejarah Geografi Dan Maritim Masih Kurang
Kemaritiman/net
PENULISAN sejarah tentang geografi dan kemaritiman Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang sedemikian kaya ternyata masih sangat kurang. Hal ini semakin berdampak pada kurangnya minat dan pemahaman generasi "kids jaman now" terhadap hal-hal yang berkaitan dengan segi-segi keindonesiaan.

"Padahal pulau-pulau kita sangat banyak, dan bahkan belum selesai dihitung berapa banyak jumlahnya," kata Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Hilmar Farid Phd dalam Peringatan 60 Tahun Seminar Sejarah Indonesia, 1957-2017, di Kampus Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, sore tadi, Kamis (14/12).

Hilmar yang juga sejarawan dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud lebih jauh mengemukakan, historiografi yang Indonesiasentris adalah sangat penting, meskipun perdebatan mengenai hal-hal yang bersifat akademis berkaitan dengan masalah ini masih belum selesai sejak diselenggarakannya Seminar Pertama Sejarah Indonesia, pada tahun 1957.  

Dia mengisahkan, saat seminar tersebut Muhammad Yamin dan Sudjatmoko berdebat mengenai apakah penulisan sejarah Indonesia harus didasari oleh hal-hal yang bersifat ideologis atau bersifat akademis semata. Yamin yang manaruh minat yang sangat tinggi terhadap sejarah ingin historiografi Indonesia berorientasi ideologis, sedangkan Sudjatmoko sebaliknya yaitu  berlandaskan akademis belaka.

Waktu itu Universitas Gajah Mada masih berkampus di Sitihinggil ialah salah satu kawasan Keraton Ngayogyakartahadiningrat yang dihibahkan oleh Sultan Hamengku Bowono IX untuk para akademisi Universitas Gajah Mada berkuliah.
Hilmar menekankan, secara esensi penulisan sejarah Indonesia harus punya tujuan membebaskan dan memerdekakan supaya bangsa ini bisa berdiri tegak, memahami masa lalu untuk menapaki masa depan.

Dia mencatat, secara umum penulisan mengenai sejarah negeri saat ini sedang mengalami gairah tinggi. "Produksi penulisan sejarah berkembang biak, dimana-mana orang menulis sejarah, di sosmed, di blog, mulai dari yang kecil-kecil seperti tentang situs yang ada di kampong mereka misalnya," papar Hilmar dalam seminar yang dihadiri ratusan sejarawan dari berbagai daerah di Indonesia itu termasuk para peneliti dari Leiden University, Belanda.  

Tapi tidak sedikit pula muncul jadi sejarawan dadakan karena "dibantu" oleh media, padahal belum ada karya dan penelitian yang dilakukannya.
Tentang penulisan geografi dan kemaritiman Indonesia, Hilmar mengatakan, generasi kid zaman now perlu memahami sejarah Indonesia dari perspektif material yaitu pulau dan laut. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA