Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Siapa Berani Jadi Presiden

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/syafril-sjofyan-5'>SYAFRIL SJOFYAN</a>
OLEH: SYAFRIL SJOFYAN
  • Kamis, 15 Maret 2018, 08:27 WIB
<i>Siapa Berani Jadi Presiden</i>
Rizal Ramli/Net
JUDUL di atas adalah judul salah satu tv show secara live yang digawangi oleh presenter senior Najwa Shihab (Nana).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sang pemberani ditampilkan satu persatu, yakni di awal adalah Rizal Ramli. Dari riwayat yang ditayangkan, Rizal Ramli kaya dengan jabatan yang sangat strategis seperti Menko Perekonomian, Menkeu dan Menko Kemaritiman. Walaupun waktu singkat, Rizal menjabat dengan prestasi yang gemilang.

Pertanyaan yang diajukan Nana tidaklah terlalu istimewa, sehingga RR bisa dengan singkat menjelaskan keberaniannya untuk maju sebagai calon presiden. Rizal nampak memiliki kemampuan kualitas diri serta konsep untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dua kali lipat dari sekarang. Apalagi, branding yang sudah beredar di masyarakat menyebutkan bahwa dia orang yang lurus, berani, dan selalu membela kepentingan rakyat.

Bisa ditangkap bahwa dengan modal tersebut, Rizal hendak mengatakan seharusnya partai tidak akan salah meminangnya jika untuk melakukan perubahan bangsa yang lebih sejahtera. Namun, pertanyaan yang nampaknya dikejar oleh Nana adalah modal uang untuk maju pilpres, sehingga menampilkan jumlah kekayaan Rizal pada caption.

Peserta kedua adalah Muhaimin Iskandar. Dengan pengalaman eksekutif menjadi Menteri dan anggota DPR, tapi tidak banyak prestasi menonjol yang ditayangkan. Cak Imin, panggilan dari Muhaimin menegaskan dia adalah aktivis NU dan Ketua dari partai terbesar Islam.  

Kata Nana, jika dikaitkan dengan judul “Siapa Berani Jadi Presiden”, Cak Imin ternyata diamanahkan oleh umatnya hanya sebagai cawapres bukan sebagai capres. Dalam acara ini, Cak Imin punya keberanian menyampaikan pesan kepada Jokowi bahwa haruslah dipilih sebagai cawapres Jokowi. Jika tidak, Jokowi akan kalah.

Cuma sebagai pengamat saya juga mengingatkan, ketika Megawati didampingi oleh cawapres dari NU, Mega tetap kalah.

Peserta ketiga adalah Gatot Nurmantyo, mantan panglima TNI. Dari tayangan yang ditampilkan, belum ada pengalaman Gatot di pemerintahan sipil selain pengalaman militer. Dari penjelasan yang digali tampaknya belum ada konsep pembangunan Indonesia yang dia punyai.

Berkali kali, GN menyatakan dia sebagai seorang prajurit, belum pensiun, jadi belum berani menyatakan maju jadi capres sehingga tidak cocok dengan judul.

Nana sepertinya menyadari kekeliruan tersebut, sehingga mengejar bahwa dua minggu lagi pensiun, setelah itu berani dong deklarasi jadi capres, GN sebenarnya masih ngeles dengan menyatakan tergantung dukungan rakyat. Lalu Nana menimpali kalau anda sudah deklarasi kami akan undang kembali.

Jika judul acara sama, seharusnya format yang ditampilkan adalah panel, mereka ditampilkan bersamaan, sehingga keberanian dengan modal kapasitas, kualitas dan konsep yang ditawarkn bisa digali lebih dalam, tentunya dengan pertanyaan yang sama.

Lucunya, ketika pada RR mengajukan pertanyaan tentang dukungan partai dan dana yang dipunyai, tapi pertanyaan serupa tidak ditanyakan kepada yang lain, termasuk pada GN yang sama-sama bukan orang partai.

Sebagai tontonan cukup menarik, cuma ditutup dengan hasil poling dari salah satu media yang lain dan tidak dijelaskan kapan poling diadakannya apakah terkait dengan acara. Waktunya apakah selama acara dan ditutup pada saat akhir acara. Karena tidak ada run text poling dimunculkan di acara MataNajwa tersebut. Semoga lain kali lebih baik. Bravo Nana. [***]

Penulis adalah pengamat kebijakan publik, yang juga aktivis pergerakan 77-78

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA