Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Demi Tangkal Radikalisme, Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Intelijen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/darmansyah-1'>DARMANSYAH</a>
LAPORAN: DARMANSYAH
  • Minggu, 05 Agustus 2018, 02:08 WIB
Demi Tangkal Radikalisme, Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Intelijen
Radikalisme/Net
rmol news logo Ilmu intelijen sangat penting dikuasai oleh para mahasiswa guna mendeteksi gerakan radikalisme. Mahasiswa harus jadi bagian dan berada di garda terdepan dalam menangkal gerakan radikalisme. Karena itu, pengetahuan tentang ilmu intelijen juga perlu bagi mahasiswa.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro saat mengisi materi Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) Pengurus Cabang PMII Banyuwangi, di Balai Pelatihan Kerja, Muncar, Banyuwangi, Sabtu (4/8).

Tak hanya untuk menangkal radikalisme, dalam acara yang diberi tema "PMII Menjawab Kompleksitas Sosial, Nasionalis, Pluralis, Radikalis dalam Menyongsong Momentum Demokrasi" itu, Simon begitu panggilan akrabnya Ngasiman Djoyonegoro, mengatakan bahwa ilmu intelijen juga berguna untuk mendeteksi sekaligus mengantisipasi hoax.

Lebih jauh, kata Simon, menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019, ilmu intelijen juga dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menangkal politik SARA.

"Di tahun politik seperti sekarang, mahasiswa juga punya tugas untuk menangkal politik SARA. Tentu ilmu intelijen menemukan relevansinya di sini," tambah Simon yang merupakan mantan aktivis PMII Cabang Ciputat itu.

Simon juga berharap bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan sosial perlu menjadi peneduh suasana, bukan malah menciptakan kegaduhan.

"Dalam waktu dekat kita akan menghadapi hajatan pemilu 2019, mahasiswa perlu menjadi pioner dalam menciptakan suasana aman dan damai. Tangkal gerakan radikalisme, tangkal hoax, tangkal politik SARA, dan ciptakan suasana sejuk," terang Simon disambut tepuk tangan peserta PKL.

Sebagai informasi, acara PKL PMII Cabang Banyuwangi ini diikuti oleh 35 perserta kader PMII se-Jawa Timur dan Bali. Selain Simon, hadir pula sebagai pemateri Gubernur Terpilih Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Sebagaimana disampaikan Ketua Panitia Robith Haris Sauqi bahwa salah satu landasan pemikiran digelarnya Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) juga berangkat dari sejumlah peristiwa mutakhir di Indonesia. Salah satunya adalah adanya gerakan terorisme di Subabaya beberapa waktu lalu.

Bom bunuh diri meledak di Surabaya. Targetnya adalah gereja dan aparat kepolisian. Setelah ditelusuri, salah satu pelaku bom bunuh diri merupakan keluarga yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi.

"Bom di Surabaya menyedihkan sekaligus tamparan keras bagi masyarakat Banyuwangi, khususnya bagi para aktivis pergerakan PMII Cabang Banyuwagi. Itulah mengapa isu radikalisme menjadi salah satu perhatian kami dalam kegiatan ini," pungkasnya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA