Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hati-Hati Kebangkitan Neo Orba!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 27 Oktober 2018, 17:08 WIB
Hati-Hati Kebangkitan Neo Orba<i>!</i>
Nuryaman Hariyanto/Net
rmol news logo Ketua Umum Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto mengatakan 20 tahun reformasi Indonesia tidak membawa perubahan yang lebih baik bagi kehidupan. Tak pelak, pernyataan tersebut menuai polemik dan tanggapan keras dari berbagai pihak.

Salah satu tanggapan keras datang dari kalangan aktivis 98, yang pada tahun 1998 berhasil menumbangkan rezim Suharto berkuasa selama 32 tahun.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Kebangsaan 1998 (LASTIKA' 98) Nuryaman Hariyanto menegaskan, pernyataan Tommy tersebut menandakan keluarga Cendana dan Orbais (pengikut setia Suharto, ayah kandung Tommy Suharto) merencanakan sebuah skenario.

"Dengan dia (Tommy) membuat Partai Berkarya, jelas itu salah satu bukti mereka, para orbais ini, punya rencana untuk come back ke panggung politik. Dan mereka akan menggunakan cara-cara ala Suharto untuk bisa berkuasa. Ini bahaya dan sudah merupakan lampu kuning bagi para pejuang demokrasi, kebangsaan dan kemanusiaan di Indonesia," kata Berry, sapaannya, melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (27/10).

Menurut Berry, aktivis 98 serta segenap pejuang demokrasi, kebangsaan dan kemanusiaan, harus segera merapatkan barisan untuk melawan cara-cara Neo Orba yang merusak tatanan berbangsa dan bernegara tersebut.

"Kita tidak bisa pungkiri, maraknya hoax, ujaran kebencian, agitasi propaganda penuh kebohongan di ruang publik adalah perwujudan cara-cara orba yang manipulatif. Saat ini sudah mulai digunakan di sejumlah arena, baik politik maupun sosial kemasyarakatan oleh mereka," ungkap Berry.

Meskipun, hadirnya Tommy Suharto bersama Partai Berkarya di panggung politik, kata Berry, sesungguhnya tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Karena, Tommy dinilai tidak memiliki ilmu yang cukup dan cakap dalam berpolitik.

Namun justru yang perlu dikhwatirkan, lanjut Nuryaman, adalah kekuatan kapital (uang) yang selama ini dikumpulkan oleh sang ayah, Suharto, selama 32 tahun berkuasa dengan cara koruptif dan manipulatif. Konon, menurut banyak kalangan mengatakan, uang Suharto tidak akan habis sampai tujuh turunan.

"Bisa jadi, Tommy memang bodoh secara politik. Tapi ia masih memiliki cukup uang untuk membeli apa dan siapapun sesuai keinginannya. Jika itu ia gunakan untuk memenuhi hasrat politiknya, yang terjadi adalah seperti sekarang. Hoax dan ujaran kebencian di mana-mana," ujar Berry.

Berry menambahkan, pembelahan nyata terjadi di masyarakat hanya karena perbedaan politik elektoral. Hal itu mirip dengan cara-cara yang dipakai kaum Orbais mempengaruhi masyarakat. Seperti diketahui, Suharto sangat getol menggunakan stigma "komunis' untuk menjatuhkan lawan politiknya dan saat ini cara yang sama dilakukan.

"Selanjutnya, kita tinggal telisik saja, siapa Prabowo, siapa Tommy Suharto dan siapa Sandiaga Uno dan keluarganya. Mereka semua adalah lingkar dalam Cendana. Cara-cara yang mereka pakai pun sepertinya sama dengan cara-cara Suharto. Untuk itu, Indonesia harus waspada dengan bangkitnya Neo Orba ini," pungkas Nuryaman. [lov]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA