Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jimly Asshiddiqie Beberkan Empat Cara Pandang Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 28 Oktober 2018, 04:39 WIB
Jimly Asshiddiqie Beberkan Empat Cara Pandang Indonesia
Jimly Asshiddiqie/RMOL
rmol news logo Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar. Untuk itu ada empat cara pandang yang harus dicermati. Yakni pluralisme, inklusivisme, universalisme, dan indentitas konstitusional.

Begitu kata Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie.

Menurutnya empat cara pandang itu merupakan kesepakatan bersama dalam rangka mengorganisir negara dan bangsa ini.

"Itu disepakati bersama," ujar Jimly dalam seminar kebangsaan bertajuk 'Perkokoh Persatuan Bangsa dan Kerukunan Hidup Beragama dengan Menghormati Kebhinekaan' di Kelenteng Kong Miao, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (27/10).

Seminar ini diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Jimly pun menjelaskan satu persatu keempat pandangan kebangsaan tersebut.

Pertama pluralisme. Pluralisme Indonesia itu di atas pluralitas semua bangsa di dunia. Belum lagi Indonesia punya 17 ribu pulau dengan penduduk yang sangat padat.

"Nomor empat dibandingkan seluruh negara di dunia. Pluralisme itu suatu realitas yang kita miliki dan itulah kekuatan. Jangan dilihat jadi masalah, jadi tidak usah dilihat dari segi negatifnya karena itu kekuatan," ujarnya.

Kedua adalah inklusivisme. Menurut Jimly inklusivisme kebalikan dari ekslusivisme. Namun sayang, masyarakat Indonesia kata dia cenderung ekslusif. Pada kesehariannya kebanyakan masyarakat agak sungkan berkumpul dengan orang yang memiliki budaya berbeda. Padahal harusnya, di daerah-daerah pemukiman ada inklusivisme, yakni bercampur-baur.

"Itu yang terjadi di Amerika. Kita ini sendiri-sendiri, maka persepsi tentang kebenaran itu sendiri-sendiri. Maka harus ada langkah pambauran, penting sekali. Negara harus punya kebijakan untuk pembauran itu dengan sengaja. Inklusivisme ini kunci kemajuan peradaban masa depan. Jadi salah satu ciri bangsa berhasil kalau bangsa itu mengorganisasikan diri, sinergi dalam organisasi secara inklusif, urainya.

Sementara yang ketiga, lanjutnya, adalah universalisme yang beda dengan internasionalisme dan globalisasisme.

Menurut dia, dalam universalisme, Indonesia akan menemukan nilai-nilai universal yang sama antar umat manusia.

"Itu (universalisme) bisa datang dari luar, bisa datang dari kampung halaman sendiri. Artinya, dalam hidup ini pasti banyak perbedaan, tapi kalau di dalam ada persamaan, persamaan itulah yang menyatukan," jelasnya.

Diserukannya agar semua masyarakat Indonesia untuk menerapkan inklusivisme dan universalisme dalam kehidupan sehari-hari. Konkretnya adalah bekerjasama. Sebab, zaman sekarang bukanlah saatnya untuk bersaing.

"Bukan lagi menang kalah, sekarang ini jamannya sinergi, harus bekerjasama supaya sama-sama menang. Jadi universal values, nilai-nilai universal ada di semua agama," tekan Jimly.

Keempat, lanjutnya, adalah identitas konstitusional. Hal ini katanya sangat penting. Sebab, universalisme tanpa identitas bukanlah apa-apa. Identitas yang dimaksud oleh Jimly itu adalah Pancasila.

"Kita punya yang namanya constitution identity. Diantaranya nilai-nilai universal yang kita sepakati jadi indentitas, pembeda kita dari bangsa yang lain yaitu Pancasila," pungkas Jimly. [nes]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA