Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Buku Pancasila Zulkifli Hasan Ramaikan UWRF 2018

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 29 Oktober 2018, 09:45 WIB
Buku Pancasila Zulkifli Hasan Ramaikan UWRF 2018
Yenny Wahid/Net
rmol news logo . "Pancasila dalam Perspektif Media dan Khalayak" meramaikan perhelatan ke-15 Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2018 di Taman Baca Ubud, yang diselenggarakan sejak hari Rabu hingga Sabtu kemarin (24-28/10). Buku ini dipamerkan penggagas dan pendiri kegiatan UWRF, Janet De Neef.

Buku yang berisi percikan pemikiran Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengenai Pancasila ini ditulis Sekjen MPR RI Ma'ruf Cahyono pada tahun 2016. Ketika itu Ma'ruf Cahyono masih menjabat sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat MPR RI.

Editor senior Irna Permanasari menilai buku ini penting dan sudah seharusnya hadir pada salah satu perhelatan bertaraf internasional.

Sementara Ketua Satupena, Nasir Tamara, yang  hadir dalam kegiatan itu memandang perlu adanya keterlibatan literasi wakil rakyat yang jujur dan transparan. Dengan demikian akan terbentuk dan kemudian semakin tumbuh rasa cinta kepada Tanah Air.

Ma'ruf Cahyono setiap tahun sejak 2016 mengirimkan delegasi di dalam kegiatan UWRF. Maksudnya untuk meluaskan dan menularkan literasi kebangsaan di tengah maraknya globalisasi.

"Literasi kebangsaan mempunyai sumbangsih yang besar pada globalisasi, yang tidak lagi mengenal batas dan berkecenderungan sama yakni meredam dan meniadakan  konflik karena telah tercipta pandangan dan orientasi yang sama dan saling mendukung bagi," kata Ma'ruf Cahyono.

Buku Pancasila ini relevan dengan penegasan Yenny Wahid, dalam diskusi yang diselenggarakan kemarin (Sabtu, 28/10), yang demikian yakin Pancasila solusi semua masalah.

"Indonesia mempunyai Pancasila yang menjamin keberagaman keyakinan. Pancasila mampu menjawab tuntutan zaman ke depan jika kita mempunyai pandangan yang luas dsn demokratis," katanya di hadapan para hadirin yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

"Karena itu Pancasila perlu disemaikan dengan cerdas agar kita tidak pesimis," kata Yenny dalam forum berjudul Against All Odds yang dipandu Leyla S Chudori di Museum Neka Ubud.

Fokus diskusi Yenny Wahid ini mendapat banyak perhatian dari peserta UWRF yang memenuhi ruangan diskusi. Sebanyak 100 kursi yang disediakan panitia terisi penuh, dan tak sedikit yang terpaksa berdiri sepanjang diskusi berlangsung.

Karena banyaknya pertanyaan dari dalam dan luar negeri, diskusi dilanjutkan di lantai dasar Neka Museum.

Berkali-kali di dalam menjawab berbagai pertanyaan Yenny Wahid mengupas  dan mengedepankan Pancasila sebagai orientasi bangsa di masa sekarang dan mendatang.

UWRF pertama kali diadakan pada tahun 2004 di Ubud oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati sebagai sebuah proyek penyembuhan dari tragedi Bom Bali I yang menghancurkan pariwisata Pulau Bali.

UWRF kini dikenal sebagai festival sastra terbesar di Asia Tenggara dan sejajar dengan festival-festival sastra dunia lainnya yang telah memiliki banyak penggemar.

Sebuah wadah untuk membawa sastra dan seni Indonesia ke hadapan dunia internasional, sekaligus juga ruang yang mengajak pengunjungnya mengenali isu-isu besar yang selama ini mengelilingi kehidupan kita.

Tahun ini adalah tahun ke-15 Festival ini diadakan. Banyak tema diskusi dalam Festival kali ini menunjukan kepedulian dan kepekaan pada Indonesia  dan menjelang Pemilu, dengan digelarnya topik bertema, Being Presidential, Indonesia Outside In, Against Odd dan hadirnya Menteri Perikanan Susi Pujiastuti dalam Sink It, Marty Natalegawa. Does Asean Matter.

Pembahas utama umumnya penulis buku dan presenter kelas dunia seperti Ross Tapsell penulis Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution. Ross juga pengajar di Australian Nastional University.

"Di tahun ke-15 ini, kami merayakan penulis, seniman, cendekiawan, dan penggiat dari berbagai penjuru Indonesia dan negara-negara lainnya yang telah memberikan kontribusi besar dalam menjaga harmoni dan kesejahteraan," tegas Janet.

"Tema Jagadhita mengajak kita semua untuk berhenti sejenak dan merenungkan arti dan makna dari hidup yang selama ini kita jalani dan bagaimana kita sebagai manusia dapat menghantarkan hal-hal positif di dunia yang kita ciptakan," tambahnya.

Terjemahan dari 'Jagadhita' sendiri adalah 'kebahagiaan di jagat raya sebagai sebuah tujuan hidup', dan untuk UWRF 2018, arti dari Jagadhita ini ditafsirkan ulang sebagai 'dunia yang kita ciptakan' atau 'the world we create' dalam bahasa Inggrisnya.

"Tema tahun lalu, 'Sangkan Paraning Dumadi', atau 'Asal Muasal', mengingatkan kita mengenai nilai-nilai kemanusiaan yang kita bagi," jelas Janet DeNeefe, Founder & Director UWRF.

"Di saat sekarang ini, saat perbedaan memisahkan kita hingga melupakan persamaan yang kita miliki, kami menanyakan bagaimana kesejahteraan dan harmoni akan dicari di tahun 2018 ini," tambahnya.

Pertanyaan itu dalam konteks Indonesia sedikitnya sudah terjawab oleh Yenny Wahid yang demikian yakin dengan Pancasila dan menularkannya dalam kesempatan tersebut. Ditambah kehadiran buku Pancasila dalam perspektif Media dan Khalayak. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA