"Malahan saya yang non-muslim bisa ikut aksi dan merasa nyaman di tengah-tengah jutaan umat Islam yang sedang melakukan aksi saat itu," ujar tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma kepada
Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Senin, (26/11).
Upaya menjegal Reuni Akbar Alumni 212 justru menurut dia, bisa merusak citra rezim Jokowi.
"Sebagai orang Tionghoa dan non muslim, saya tidak pernah terintimidasi dan merasa terganggu dengan aksi-aksi yang dilakukan umat Islam selama ini," sambungnya.
Artinya jika umat Islam ingin mengenang aksi damai terbesar dalam sejarah bangsa ini semestinya tidak usah dihalang-halangi.
"Aksi 212 itu memang patut dikenang. Upaya penggagalan hanya akan merusak citra rezim Jokowi di mata dunia," tegasnya.
Lieus meminta Presiden Jokowi agar melihat aksi 212 sebagai fakta sejarah yang harus dihormati dan bermakna.
"Pak Jokowi pasti juga tahu kalau aksi 212 itu adalah aksi terbesar umat Islam tidak saja di Indonesia, tapi juga di dunia. Karena itu, justru sudah sepatutnya Pak Jokowi membangun monumen aksi 212 untuk mengenang aksi damai terbesar dan bersejarah tersebut,†ujarnya.
Ia mengaku heran upaya beberapa pihak menggagalkan acara reuni akbar alumni 212 yang rencananya digelar di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, pada 2 Desember 2018 mendatang.
[wid]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.