Banyak orang berpendapat pecandu pornografi itu lemah, defisit moral fiber dan
zero self-discipline.
Menyandu apa pun, termasuk
porn movie, berarti
hijacking the brain's reward system. Berporno-ria memompa
dopamine that made us feel good.
Budaya
pop culture sekular tidak mengakui
porn addiction sebagai penyakit. Makanya sulit diobati.
Bagi para pecandu
porn ini, ada sensasi yang luar biasa dalam kecabulan. Akibat dopamine menguasai receptor otak.
Over time, otak melemah. Akibatnya, produksi dopamine turun.
A tolerance is developed. Jadi "immune".
Making it harder to get the same "high".
Si pecandu
porn terpaksa meningkatkan aktifitas porno,
just to get the same dopamine.
More and more pornografic contents mesti ditonton.
Seiring proses "desensitization", si pecandu pornografi tidak hanya butuh lebih banyak konten porno, tapi juga membutuhkan stimulasi lain. Di sini bahayanya. Kasus pemerkosaan bisa bersumber dari menikmati pornografi.
Denial,
Secretive behavior, Anger, dan
irritation at the mention of porn, bukan solusi.
Saya kira, orang-orang macam Husin Shihab butuh terapi dan konsultasi psikiater.
Eeh kok mala
nyaleg...??
[***]Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: