Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu mengatakan, mobil Esemka hanyalah akal-akalan untuk meraih simpati masyarakat.
Pasalnya, dalam memproduksi mobil, produsen harus memperhatikan tentang
after sales service atau pelayanan yang baik terhadap konsumen. Misalkan dengan menyiapkan fasilitas bengkel jika suatu waktu mobil itu rusak.
"Komponen mobil dengan mebel itu beda, pemasaran juga beda. Nah kalau mobil sekali bikin mobil dan rusak masukin ke medsos, maka bangkrut pabrikannya," kata Said Didu dalam diskusi "Indonesia Pasca Jokowi Mewujudkan Mobil Nasional Bukan Pencitraan Seperti Esemka" di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I Nomor 35, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (23/1).
Mobil Esemka awalnya dibumingkan oleh Jokowi semasa Walikota Solo. Saat itu dia bercita-cita ingin menjadikan mobil Esemka sebagai mobil nasional. Namun, setelah hampir lima tahun menjadi Presiden, mobil tersebut tidak kunjung ada wujudnya.
Terkait dengan itu, Said Didu menduga mobil Esemka hanya digunakan untuk pencitraan demi mendongkrak elektabilitas Jokowi pada ajang Pilpres 2014 lalu.
"Mobil ini pencitraan. Industri mobil, mungkin Jokowi anggap produksi mobil sama dengan membuat mobil. Dan pada saat dijual tidak ada yang paten, tidak ada hak patennya," pungkasnya.
[rus]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: