Serangan ini menyebabkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang lebih luka-luka.
Komisi I DPR mengimbau pemerintah Filipina sebaiknya menunggu uji tes DNA.
"Kami berharap pemerintah Filipina jangan langsung memvonis kepada publik bahwa pelakunya adalah WNI," ucap anggota Komisi I DPR, Syaifullah Tamliha kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/2).
Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ao sebelumnya mengatakan bahwa dua pelaku serangan bom bunuh diri di gereja Katolik Pulau Jolo adalah pasangan WNI.
Hingga saat ini Kementerian Luar Negeri RI melalui Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal di Davao, Filipina, juga masih mengecek informasi tersebut.
“Ambassador kita juga mesti lebih aktif untuk mengetahui melalui sumber resmi, sebab jika betul pelakunya adalah WNI, maka kita berkewajiban memberikan perlindungan terhadap WNI yang kemungkinan dijadikan martir oleh kelompok teroris internasional seperti ISIS," pintanya.
[wid]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: