Jokowi menjelaskan, impor penting untuk menjaga ketersediaan stok, stabilitas, harga sebagai cadangan ketika bencana atau gagal panen.
"Ini kita bicara logika, kalau surplus kenapa harus impor? Jokowi bilang buat stok, ya akhirnya berasnya busuk disimpan lama-lama," ujar anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Gerindra, KRT Darori Wonodipuro kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (18/2).
Dalam debat tadi malam, petahana memaparkan, pada tahun 2014 Indonesia mengimpor 3,5 juta ton jagung. Namun di tahun 2018, hanya mengimpor 180 ribu ton jagung.
"Itu artinya para petani jagung telah memproduksi 3,3 juta ton sehingga impor menjadi sangat berkurang," terang Jokowi.
Begitu pula untuk impor beras, menurut Jokowi, sejak tahun 2014 hingga saat ini juga mengalami penurunan. Pada tahun 2018 ini produksi beras mencapai 33 juta dan konsumsi 29 juta ton beras per tahun sehingga ada surplus 3 juta ton.
Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang tahun 2018, Indonesia mengimpor 737.288 ton jagung.
"Data yang disampaikan oleh anak buahnya ini tidak tepat. Saya curiga ini anak buahnya menyampaikan data yang salah," tengarai Darori.
[wid]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: