Selain itu juga berdampak positif secara finansial dan ekonomis.
Ekonom senior Rizal Ramli pun memuji program Jokowi ini.
"Membagikan hak pakai kehutanan sosial, bagus, tapi itu bukan reformasi agraria. Reformasi agraria adalah membagi tanah untuk rakyat," ujar Rizal dalam diskusi kondang mingguan
TV One, Selasa malam (19/2).
Rizal mengaku justru kaget dengan pandangan rival Jokowi, Prabowo Subianto yang dinilainya terlalu progresif.
"Pandangan Pak Prabowo semua ini harus negara, itu pandangan terlalu progresif. Kami ingin seperti Mahathir bagi tanah 5 hektar kepada siapapun orang Malaysia yang mau pindah dari barat ke timur. Abis itu disuruh tanam sawit, karet, coklat dan dikasih
credit cost for living," urai Rizal.
Terbukti strategi Mahathir tersebut sukses dalam lima tahun membuat Malaysia makmur. Banyak orang Malaysia tertarik untuk pindah tempat tinggal.
"
Nah malas orang Malaysia, mau tukang
kebon dia panggillah 3 juta orang Indonesia, terutama NU, nahdliyin buat kerja di Malaysia," imbuh Rizal.
Padahal dibandingkan Malaysia, menurut Rizal, lahan Indonesia 8-10 kali jauh lebih luas. Seharusnya pemerintah berani membagi tanah 7 hektar untuk setiap orang Indonesia.
"KIta beri
credit cost of living, lima tahun mereka menjadi sangat kaya. Nanti orang Indonesia malas-malas kita minta orang Bangladesh kerja di kebon-kebon," kata Rizal agak berkelakar.
[wid]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: