Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Fahri: Dulu, Kalimat Syariah Islam Tidak Buruk Konotasinya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Minggu, 24 Februari 2019, 13:42 WIB
Fahri: Dulu, Kalimat Syariah Islam Tidak Buruk Konotasinya
Fahri Hamzah/Net
rmol news logo . Konflik laten ideologi sudah berdiri sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di acara relawan Padi Menang di Jakarta, Minggu (24/2).

“Saya lihat konflik ideologi laten sejak Proklamasi. Baca saja di BPUPKI, konstituante. Ada yang tidak sepakat dengan sila pertama yaitu Ketuhanan YME,” ucap Fahri.

Fahri menjelaskan, awalnya ada yang meminta untuk memasukkan syariah Islam di dalam sila pertama. Namun gagasan itu akhirnya ditolak pasca Proklamasi.

“Ada permintaan yang besar waktu itu dengan meletakan syariah Islam. Sebetulnya dulu syariah islam itu tidak buruk konotasinya seperti sekarang. Syariah itu artinya hukum Islam positif yang pertama lahir di Cordoba. Tahun 1945 kalimat Syariah Islam itu masih baik,” beber Fahri.

Ide ini, sambung Fahri, masuk dalam Piagam Jakarta yang mengesahkan rancangan Pembukaan UUD 1945 saat itu.

"Usai Proklamasi, dalam rapat kecil yang dipimpin oleh Bung Hatta dengan pemuka-pemuka agama Islam, kata syariah Islam dicoret dan sila pertama bunyinya menjadi Ketuhanan YME," tegas Fahri.

“Namun, akhirnya diganti ketuhanan YME biar mengakomodasi seluruh agama. Itu saja masih ada yang enggak setuju. Ada yang bilang Tuhan enggak usah dibawa- bawa lah dalam bernegara,” demikian Fahri. [jto]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA