Ketua DPP PAN Yandri Susanto menguraikan bahwa tempat penghitungan akhir pemilu harus digelar di tempat yang benar-benar aman. Jangan sampai tempat tersebut, bisa dimasuki genderuwo. Genderuwo yang dimaksud adalah para hacker atau peretas yang bisa mengacaukan perhitungan suara.
“Ya itu kan peringatan dari Pak Amien. Toh dulu waktu pilkada misalnya pernah ada sistem IT KPU itu kan di-hack atau ada masalah teknis. Nah itu dalam sistem IT itu bisa saja ada yang mengendalikan atau sesuai pesanan tertentu,†ujar Yandri di komplek DPR, Jakarta, Kamis (28/3).
Anggota Komisi II DPR itu menegaskan bahwa pemilu Indonesia memang bukan menganut sistem IT, melainkan manual yang diakui. Sementara yang dikhawatirkan Amien Rais, kata Yandri, hasil dari IT mempengaruhi opini tanpa memperhatikan yang
step by step dari TPS ke TPK kabupaten dan seterusnya.
“Itu kan hasilnya manual, jangan sampai IT yang nanti bisa dimainkan oleh para pihak atau diganggu oleh pihak luar itu menjadi pedoman masyarakat Indonesia,†ungkapnya.
Serbuan IT itu, sambungnya, berpotensi mengubah hasil penghitungan manual. Di sinilah muncul celah adanya manipulasi data.
“IT menyatakan dia yang menang, sementara yang manualnya belum selesai dihitung dan diplenokan di tingkat KPU pusat,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.