Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kwik Kian Gie: Pengaruh Asing Dari 1967 Sampai Sekarang Masih Luar Biasa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 04 April 2019, 13:09 WIB
Kwik Kian Gie: Pengaruh Asing Dari 1967 Sampai Sekarang Masih Luar Biasa
Kwik Kian Gie/Net
rmol news logo Pengaruh asing, terutama Amerika Serikat sangat dominan dalam penyusunan UU tentang investasi Indonesia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kwik Kian Gie menceritakan, dimulai sejak jatuhnya Soekarno tahun 1967. Presiden Soeharto setelah dilantik, mengirim satu tim ekonomi  ke Swiss.

"Begitu konferensi Jenewa, disusun UU Penanaman Modal Asing yang paling pertama nomor 1 tahun 1967 itu ada pasal 6 ayat 1. Sebelumnya dan setelahnya tidak ada definisi apa yang dinamakan barang penting bagi negara itu apa, persisnya apa, itu sudah didefinisikan, yaitu bidang-usaha usaha tertutup untuk penanaman modal asing secara penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajar hidup rakyat banyak," urai Kwik dalam sebuah dialog di stasiun televisi, Rabu malam (3/4).

Defini bidang-bidang penting bagi negara itu meliputi pelabuhan, produksi transmisi distribusi listrik, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum
kereta api umum, pembangkit tenaga atom dan mass media. Namun dalam waktu satu tahun aturan ini diubah.

"Waktu menyusun ini Pak Widjojo Nitisastro (ekonom) minta advice (nasihat) dan didikte Kemenlu Amerika Serikat yang mengatakan itu Direktur Arsip Nasional AS, Dr. Bradley Simpson. Semua didukung telegram, didikte," ulas mantan Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid ini.

Para akhli hukum dari Kementerian Luar Negeri AS mengirimkan kembali draft UU-nya dengan usulan baris demi baris. Mereka keberatan karena draft tersebut memberikan terlampau banyak kewenangan kepada pemerintah.

"Amerika rada kecolongan, langsung ubah UU 6/1967, asing hanya boleh lima persen," sambung Kwik.

Lahir kemudian UU 6/1968 persis disebutkan bahwa asing boleh menguasai bidang-bidang usaha milik negara sampai 49 persen. Menyusul dalam rentang waktu cukup lama yaitu Peraturan Pemerintah 20/1994.

"Peraturan Pemerintah 20 tahun 1994 itu seperti ngeledek kita," cetus Kwik.

PP tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang dididrikan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat 1 huruf (a) dapat melakukan kegiatan usaha yang tergolong penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.

"Jadi mereka (asing) itu sudah mengatakan secara eksplisif, presiden ini nggak boleh, tapi lamban laun terus diratifikasi sampai infrastruktur summit pertama, di mana menko-nya Pak Aburizal Bakrie semua boleh," ujar Kwik.

Berlanjut infrakstruktur summit kedua, masih di era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. "Menkonya Pak Boediono. sangat tegas mengulang lagi perusahaan asing yang beroperasi di Insonesia sama sekali tidak boleh didiskriminasi, harus diperlakukan sama dengan perusahaan Indonesia," Kwik menekankan.

Setelah kembali diperbarui yang sekarang berlaku adalah UU 25/2007 tentang Penanaman Modal Asing. "Nah di sini yang kita baca satu per satu semua boleh, kecuali yang termasuk daftar negatif investasi," terangnya.

Kwik mengatakan, poin yang ingin ia tekankan bukan UU-nya tapi ideologi bangsa Indonesia.

"Ini ada apa? kok begitu jelasnya tahun 1967 terus dilunturkan," tegasnya.

Padahal, sinyalemen liberalisme total ini sudah disampaikan banyak ekonom, pengamat, dan orang-orang pandai tapi dibantah lagi.

"Saya hanya ingin mengemukakan adanya evolusi seperti ini, dan tim ekonominya dari kelompok yang sama. Kecuali waktu yang sangat singkat, ketika Gus Dur presiden dan Gus Dur ditekan habis-habisan oleh dunia internasional maupun di dalam negeri," kata Kwik.

Ia ingat ketika awal-awal rencana pemerintah Megawati Soekarnoputri ingin menjual Indosat, dirinya yang paling menentang.

"Saya menteri Bappenas, saya lapor kepada Presiden Megawati, stop sebab semua pembicaraan akan bocor, semua pembicaraan presiden akan terekam. Oleh Pak Laksamana Sukardi, anggota kabinet yang sama, kok kamu tahu, kamu kan bukan ahli," Kwik mengisahkan.

Kwik lantas menjelaskan, informasi ini diperolehnya dari profesor Iskandar Alisjahbana, yang saat itu tokoh nomor satu di bidang satelit.

"Beliau sendiri mempunyai satelit dan menjadi kaya karena itu. Tetapi tidak dihiraukan sama sekali, why? maka ada dugaan atas dasar akal sehat, bahwa sejak tahun 1967 pengaruh asing itu luar biasa sampai saaat ini, masih luar biasa."

"Saya tahu detailnya, pendiktean dilakukan, di restoran mana, di Singapura. Saya tahu semuanya dan siapa orangnya yang mendikte," tegas Kwik.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA