Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tamsil Linrung: Isu Ganti Pancasila Agitasi Mengada-ada

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 05 April 2019, 12:16 WIB
Tamsil Linrung: Isu Ganti Pancasila Agitasi Mengada-ada
Tamsil Linrung/Net
rmol news logo Pernyataan AM Hendropriyono dan Luhut Binsar Panjaitan tentang adanya gerakan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain, menjadi bola panas.

Kali ini, dua pensiunan militer itu mendapat kritik tajam dari politisi Senayan, Tamsil Linrung.

Dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, hari ini (Jumat, 5/4), Tamsil mengingatkan bahwa penyataan dua orang dekat Presiden Jokowi tersebut tak lebih sekadar upaya agitasi untuk memecah belah anak bangsa.

"Di tengah situasi politik yang sudah memanas saat ini, sebaiknya elit jangan melontarkan penyataan yang membuat kebatinan bangsa semakin menegangkan. Statement bahwa ada upaya untuk mengganti ideologi Pancasila, saya kira satu agitasi yang sangat mengada-ada," ujar Tamsil di sela kunjungannya menyerap aspirasi, keliling Sulawesi Selatan.

Tamsil juga meminta kedua jenderal tersebut untuk menggali kembali sejarah Indonesia. Menurutnya, umat Islam tidak perlu diajari menjaga NKRI.

Umat Islam, termasuk ulama, lanjut Tamsil, banyak berkorban untuk negeri ini. Bukan cuma harta, tapi juga darah dan nyawa.

Tamsil lantas merujuk pada terbentuknya Indonesia menjadi negara kesatuan yang diinisiasi oleh Mohammad Natsir, seorang ulama, cendekiawan, politisi Islam dan juga pendiri Masyumi.

"Tokoh Islam, Muhammad Natsir adalah pionir terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tadinya, menurut hasil Konferensi Meja Bundar, kita ini kan Republik Indonesia Serikat (RIS). Itu tidak menguntungkan. Negara-negara bagian, rentan dijajah kembali. Karena kecerdasan dan kepiawaian Natsir dalam melakukan lobi-lobi politik, para pendiri bangsa setuju Indonesia jadi negara kesatuan. Bagi Muhammad Hatta, Mosi Integral Natsir ini bagaikan proklamasi kedua,” ujar politisi asal Sulawesi Selatan ini.

Karenanya, Tamsil melihat narasi bahwa ada ancaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa sebagai pandangan tendensius. Apalagi tudingan itu dilontarkan di masa-masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) ketika dukungan umat dilabuhkan ke pasangan Prabowo-Sandi.

Menurutnya, dukungan umat Islam dan ulama kepada pasangan Prabowo-Sandi jangan diinterpretasi secara liar.

"Biarlah umat, rakyat  melabuhkan pilihannya. Dicurahkan kepada pemimpin yang diyakini punya keberpihakan kepada Islam. Jangan lantas dilabeli dengan stigma negatif," pungkas calon anggota DPD RI dapil Sulsel ini.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA