Ia menambahkan, militansi dan jumlah pendukung yang hadir saat kampanye terbuka capres merupakan salah satu indikator kinerja mesin politik masing-masing kubu.
Selama kampanye terbuka, lanjutnya, pasangan capres-cawapres, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dinilai tertinggal dari militansi relawan pesaingnya, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Di banyak daerah kita melihat perbandingan jumlah massa yang hadir saat kampanye terbuka capres tidak berimbang, menandakan rakyat menginginkan kepemimpinan baru," ungkap Jajat, dalam rilis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (11/4).
Jajat mencontohkan, kampanye akbar calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto di Kota Solo Jawa Tengah, Rabu (10/4), jauh lebih antusias dibanding kampanye capres petahana, Joko Widodo di tempat yang sama.
"Jika kita melihat fenomena ini, sebenarnya rakyat sudah memberi alarm bahwa mereka menginginkan kepemimpinan yang jauh lebih baik," tandasnya.
Kendati demikian, Jajat mengingatkan berbagai kemungkinan masih bisa terjadi hingga hari-H pencoblosan.
"Kita semua berharap gelaran akbar demokrasi nasional ini, tetap berjalan damai dan lancar. Masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Juga termasuk fenomena tsunami politik," terangnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: