Sebab, Fahri melihat kebebasan berpendapat belakangan ini justru seakan dipagari oleh pemangku kebijakan.
"Prihatin melihat cara berpikir pejabat negara dan para pendukungnya, termasuk yang katanya pengamat. Semakin sempit dan rendah," kata Fahri di akun Twitternya, Minggu (5/5)
Dewasa ini, ia melihat pejabat negara tidak memahami falsafah negara demokrasi yang tinggi dan luas.
"Waspadalah kawan! Makin sering terdengar kata-kata 'siapa dia atau siapa kamu' untuk mengadili kebebasan berbicara," imbuhnya.
"Makin sering terdengar serangan kepada etnis yang kritis dan mempersoalkan kehadiran mereka dalam demokrasi dan kebebasan. Entahlah, akan ada masa koreksi tapi damai kiranya," sambung Fahri.
Bagi Fahri, seyogyanya demokrasi tidak mempersoalkan sosok dan apa yang dibicarakan, apalagi dalam kebebasan berpendapat.
"Setiap suara dianggap berharga. Negara Pancasila tidak lagi membolehkan adanya serangan kepada identitas ras, suku, agama, dan etnis. Itu sudah final. Jangan turun ke bawah, kita harus naik ke atas," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: