Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rizal Ramli: Pemimpin Yang Ngotot Dan Ngeyel Akan Korbankan Rakyat

Cerita Pemimpin Bangsa Yang Legawa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 13 Mei 2019, 11:26 WIB
Rizal Ramli: Pemimpin Yang Ngotot Dan Ngeyel Akan Korbankan Rakyat
Rizal Ramli/Net
rmol news logo . Tokoh nasional Dr. Rizal Ramli bercerita tentang para pemimpin bangsa yang legawa di tengah proses Pilpres 2019. Dia melihat sikap presiden dari Soekarno hingga Gus Dur yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat.

"Pendahulu bangsa ini sudah banyak memberikan contoh sikapnya yang mengutamakan rakyat. Mulai dari Soekarno hingga Gus Dur," kata RR sapaan akrabnya di sela-sela buka puasa di Jakarta, Minggu kemarin (12/5).

Jelas ekonom senior ini. Soekarno sebagai presiden pertama memilih legawa mundur dari singgasana saat masyarakat telah terbelah antara pro dan kontra terhadap sang Proklamator itu.

Terutama pasca meletusnya Gerakan 30 September. Ketika itu ada sikap mosi tidak percaya dari publik. Tapi saat itu dia masih memiliki kekuasaan, sebab militer masih banyak mendukung Soekarno.

"Angkatan Laut sama dia, Angkatan Udara sama dia, Angkatan Darat masih banyak yang loyal sama dia, rakyat biasa juga banyak yang sangat loyal sama Bung Karno, tapi dia memilih legawa mundur," ujar RR.

Begitu juga dengan sikap Presiden kedua RI Soeharto. Di akhir masa kepemimpinan, dia menyadari bahwa rakyat sudah tak lagi menghendakinya untuk berkuasa. Memang kesadaran itu muncul saat terjadi huru-hara di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta pada Mei 1998. Meski berkuasa dan ABRI masih di bawah kendalinya, Soeharto memilih legawa dan mundur dari jabatannya sebagai presiden.

"Soeharto waktu pulang dari Mesir, situasi di Indonesia sudah karut marut. Lalu, dia bertanya pada Wiranto yang kala itu menjabat sebagai Pangab soal situasi yang sudah chaos. Pak Wiranto memastikan kalau ABRI bisa all out, tapi korban dari rakyat banyak banget. Pak Harto-pun akhirnya memilih untuk mundur dan situasi di Indonesia-pun kondusif," ungkap Rizal Ramli.

Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Presiden ketiga RI BJ Habibie. Menurut RR, Habibie menyadari bahwa rakyat tak menghendakinya memimpin Indonesia. Hal itu didasari oleh demontrasi dari kalangan masyarakat seolah-olah tak ada hentinya.

"Kalau dia (Habibie) ikut di pemilihan presiden, bisa saja dia menang. Tapi, dia tahu, habis itu dia akan didemonstrasi terus. Akhirnya kan Habibie memutuskan tidak mau maju jadi calon presiden," sebutnya.

Begitu juga dengan Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. RR mengisahkan kondisi yang dialami mantan ketua umum PBNU itu di-impeach oleh DPR/MPR sehingga membuat para Nahdliyin geram dan berencana bergerak ke ibukota Jakarta untuk mengamankan posisi Gus Dur.

"Tapi, dia (Gus Dur) yang nelpon NU di seluruh Indonesia, Banser, dan GP Ansor supaya jangan ngirim orang ke Jakarta. Dia enggak mau korban berjatuhan dari rakyat," imbuhnya.

Untuk itu RR kembali mengingatkan bahwa pemimpin bangsa harus mengutamakan keinginan rakyat banyak ketimbang memenuhi ego sendiri dan kelompok.

"Pemimpin hari ini harus belajar dari sejarah. Jangan ngotot, jangan ngeyel. Dari pemimpin-pemimpin Indonesia sebelumnya, semuanya nrimo. Bahwa ketika waktunya rakyat sudah enggak mau, mereka legawa mengundurkan diri. Tidak ngotot karena mereka tahu korbannya rakyat," demikian Rizal Ramli. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA