Jagat dunia maya sempat dihebohkan dengan sebaran daftar 16 demonstran yang meninggal dunia dalam aksi rusuh tersebut.
Tim Monitoring Lapangan, Syamsul Bachri A Tambengi mengatasnamakan diri sebagai pemilik data 16 korban meninggal yang kini beredar di
WhatsApp Group itu.
“Inilah daftar nama-nama yang meninggal di tanggal 21-22 Mei 2019,†tulis sebaran itu.
Adapun mereka yang disebut telah meninggal saat aksi adalah Devi Ratna (Serang), Deri Musthofa Adji (Jakarta), Raka Aditya (Jakarta), Feri Ramadhan (Jakarta), Hasan Syarifudin (Magelang), Abdul Jufriyanto (Tangerang), dan Ginanjar Hargianto (Bogor).
Selanjutnya, Ilham Firman K (Bukittinggi), Harry Permana (Depok), Huzein Al Ghasali (Sukabumi), Muhammad Salman (Sukabumi), Muhammad Zikrullah (Sukabumi), Yusuf An-Nidzom (Serang), Ramadhani Nugraha (Serang), Sulaeman Al-Attas (Bojonegoro), dan Ishaq (Wonosobo).
“Semoga mereka semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan dalam keadaan syahid karena mereka semua berjuang, rela mempertaruhkan nyawanya demi kesejahteraan NKRI, ulama, dan agama,†sambung sebaran itu.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo membantah data-data tersebut. Dia menegaskan bahwa informasi itu bohong alias hoax.
“Hoax mas,†singkatnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Kamis (23/5).
Dalam jumpa pers kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut bahwa pihaknya mendapat informasi ada enam orang yang meninggal dalam aksi 21 dan 22 Mei. Data itu menyebut bahwa korban meninggal karena terkena tembakan dan benda tumpul.
“Tapi ini (informasi) harus kita
clear-kan, dimana dan apa sebabnya?†kata Tito di Kemenko Polhukam, Rabu (22/5).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.