Acara dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan pembicara-pembicara muda seperti anggota DPR, Rahmat Nasution Hamka dan aktivis milenial, Keni Novandri.
Dalam diskusi bertajuk 'Milenial Maju: Indonesia Pasca Pemilu' itu, Keni menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di kalangan remaja, khususnya kelompok milenial.
"Ke depan kita harus kubur yang namanya cebong dan kampret karena itu dapat memecah belah persatuan kita dan jauh dari nilai-nilai Pancasila," tegasnya.
Menurut Diaz, tingkat partisipasi pemuda dalam pemilu kali ini tertinggi dengan kisaran 80,9 persen suara.
"Dibanding dengan Brexit di Inggris dan Trump di Amerika, partisipasi pemuda dalam pemilu tidak banyak," jelas putra mantan Kepala BIN, AM. Hendropriyono ini.
Diaz menambahkan, ada wacana membentuk kabinet Zaken yang isinya para pakar atau profesional. Jokowi-Maruf diharapkan melibatkan remaja dan kelompok milenial untuk aktif dalam mengisi pembangunan.
Sementara, Rahmat menilai sistem demokrasi saat ini sudah sangat transparan. Bahkan semua pihak bisa mengakses, apalagi para kontestan pemilu, masyarakat umum ikut terlibat mengawasi semua tahapan pemilu.
"Generasi milenial harus objektif melihat ini dan tidak mudah termakan isu
hoax yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa," ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.