Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Swasembada Pangan Warisan Suharto Akan Terus Dikenang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 09 Juni 2019, 02:12 WIB
Swasembada Pangan Warisan Suharto Akan Terus Dikenang
(Alm) Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto/Net
rmol news logo Banyak sebetulnyna catatan kebanggaan dan prestasi yang ditorehkan mendiang Soeharto selama 32 tahun berkuasa.

Pembangunan tersebut dapat dilanjutkan oleh pemerintahan Indonesia saat ini dan di masa akan datang.

Salah satunya swasembada pangan. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil swasembada beras dengan angka produksi sebanyak 25,8 ton.

Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Pasalnya, pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup.

Negara yang tak mampu mencukupi kebutuhan pangannya sangat rentan terhadap gejolak, baik gejolak harga hingga tergantung pada pasokan negara lain. Artinya, kedaulatan negara sebenarnya dalam konteks praktis bertumpu pada swasembada pangan.

"Swasembada pangan itu proyek yang bagus. Kalau kita mau jadi negara yang mandiri, maka harus bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Tidak tergantung pada orang lain," kata pakar sejarah dari Universitas Padjajaran (Unpad), Dr. Tiar Anwar Bahtiar. saat dihubungi.

Pangan menjadi magnet perhatian publik karena memang dampaknya yang luas. Mulai dari pegawai kantoran, ibu rumah tangga, hingga asisten rumah tangga pasti mengomentari berita tentang pangan. Maka itu, pemerintah yang berkuasa harus memprioritaskan komoditas pangan.

"Itu pokok. Jadi kalau sekarang terlalu banyak impor pangan seperti jagung dan kedelai, itu menandakan negara kita lemah," ujar mantan ketua umum Pemuda Persis ini.

"Swasembada pangan peninggalan (legacy) Pak Harto yang akan terus dikenang bangsa ini," terangnya.

Menurut dia, satu strategi yang digagas  Suharto untuk memajukan sektor pertanian kala itu adalah Revolusi Hijau yang mana cara bercocok tanam dari tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Revolusi Hijau muncul karena adanya masalah kemiskinan yang disebabkan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan.

Terdapat beberapa upaya yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk menggalakkan revolusi hijau, di antaranya intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, dan rehabilitasi pertanian.

"Sesuatu yang dikerjakan Pak Harto harus menjadi contoh bahwa (negara) kita bisa swasembada pangan," tutur Tiar.

Adalah medali From Rice Importer To Self Sufficiency dari Food and Agriculture Organization (FAO) pada 1984 yang diterima Presiden kedua Soeharto menjadi tonggak bersejarah negeri ini.

"Cuman memang usahanya harus keras. Sektor pertanian harus diperhatikan secara intensif," kata dia.

Keberhasilan lain, menurut Tiar, yaitu adanya beberapa proyek strategis seperti Pindad, IPTN, PAL, INKA, dan Krakatau Steel. Hal ini menjadikan Indonesia semakin dipandang oleh negara-negara lain.

"Ini yang membuat kita menjadi mandiri dalam penyelenggaraan alat pertahanan negara. Itu sangat penting. Kedua hal ini sangat fundamental, jika bisa dikerjakan, maka akan memperkuat daya tawar posisi Indonesia," katanya.

Selain itu menjelang lengser dari jabatannya, Soeharto cukup dekat dalam merangkul umat Islam. Salah satu institusi keagamaan yang lahir saat itu ialah Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).

"Nah, ini juga perlu dilanjutkan lagi kerjasama dengan kelompok-kelompok Islam," kata Tiar.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA