Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cerita Tiga Tersangka Yang Diperintah Kivlan Zen Bunuh Empat Pejabat Negara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 11 Juni 2019, 23:11 WIB
Cerita Tiga Tersangka Yang Diperintah Kivlan Zen Bunuh Empat Pejabat Negara
Konferensi pers di kantor Kemenkopolhukam/RMOL
rmol news logo Tiga dari enam tersangka mengaku diperintah Mayjen Purnawirawan TNI, Kivlan Zen terkait kerusuhan 21-22 Mei dan rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara serta satu pimpinan lembaga survei swasta.

Adalah HK, IR dan TJ. Ketiga tersangka ini memberikan pengakuan yang ditayangkan melalui power point yang disusun rapi kepolisian dalam konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (11/6).

Di video tersebut, HK alias Iwan mengaku berdomisili di Cibinong Bogor. Ia ditangkap pada (21/5) karena ujaran kebencian dan kepemilikan senjata api yang menyebutkan nama Kivlan Zen.

"Saya diamankan polisi pada tanggal 21 Mei 23.00 WIB terkait ujaran kebencian, kepemilikan senjata api, dan ada kaitannya dengan senior saya, jendral saya yang saya hormati dan saya banggakan, Bapak Kivlan Zen," ungkapnya.

Ia menceritakan awal mula pertemuannya dengan Kivlan. Hal itu terjadi pada bulan Maret, HK beserta saudaranya bernama Udin mengaku dipanggil oleh Kivlan untuk bertemu di Kelapa Gading, Jakarta Timur.

"Dalam pertemuan itu saya diberi uang Rp 150 juta untuk pembelian alat senjata, yaitu senjata laras pendek dua pucuk," tuturnya.

Kemudian tersangka kedua yaitu IR. Ia yang berdomisili di Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengaku telah bertemu dua kali dengan Kivlan Zen bersama seorang lain bernama Armi pada bulan April di Masjid Pondok Indah.

"Saya diajak ke Masjid Pondok Indah, kami berangkat saya kira jam 13.00 WIB mengendarai mobil Suzuki Ertiga. Parkir di lapangan Masjid Pondok Indah dan menunggu Armi datang. Enggak lama, Armi datang lalu kami duduk sambil minum kopi dan Pak Kivlan datang bersama sopirnya (Eka). Pak Kivlan Salat Ashar sebentar," ungkap IR.

Usai Salat Ashar, ketiganya bertemu di dalam mobil milik Kivlan, dimana saat itu Kivlan sudah berada di mobilnya tersebut untuk bertemu IR.

"Pak Kivlan kemudian memegang HP dan menunjukkan alamat serta foto Yonarto (Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya). Kata Pak Kivlan 'coba kamu cek alamat ini, nanti kamu foto dan videokan'," ujar IR.

"Siap, saya bilang. Lalu kata Pak Kivlan 'nanti saya kasih uang operasional lima juta cukup lah untuk bensin, makan dan uang kendaraan', kemudian, saya bilang siap Pak," lanjutnya.

IR menuturkan, Kivlan akan menjamin dirinya dan berlibur bersama keluarga.

"'Nanti kalau ada yang bisa eksekusi, nanti saya jamin anak dan istrinya, serta liburan kemanapun'. Lalu saya pun disuruh keluar dari mobil dan beliau memerintahkan saya untuk pakai uang operasional lima juta rupiah," paparnya.

IR pulang usai menerima uang sebesar 5 juta rupiah, keesokan harinya ia langsung menyurvei lokasi sasaran penembakan yang ditujukan kepada Yunarto.

"Langsung survei ke lokasi yang diperintahkan Pak Kivlan di jalan Cisangke 3, nomor 11," lanjutnya.

IR datang ke lokasi tersebut bersama satu eksekutor lain bernama Yusuf pukul 12 siang. Saat ini, Yusuf masih dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian.

"Sampai di sana, dengan HP Yusuf, saya foto dan video alamat tersebut, alamat Pak Yunarto. Setelah itu, dari HP Yusuf kirim foto dan video ke saya, saya kirim ke Armi, kemudian saya kembali pulang," tuturnya.

Keesokan harinya, Armi menghampiri IR di Pos Peruri dan mempertanyakan senjata api yang diberikan. Namun IR mengaku sudah menggadainya untuk kebutuhan rumah tangga, ditambah tidak ada peluru yang tersedia.

“Oh iya saya gadai bang, kan itu untuk menutupi kontrakan dan kebutuhan rumah tangga, pelurunya kan ada sama abang, dua yang saya titipkan waktu gadai di Bogor. Oh iya Armi, aku lupa. Setelah itu Armi pulang," ujarnya sembari menirukan percakapan.

IR dan Yusuf kemudian kembali melakukan pemantauan di lokasi rumah Yunarto Wijaya keesokan harinya.

”Kami memotret dan membuat video. Seperti biasa, Yusuf kasih fotonya ke saya, dan saya teruskan ke Armi, tapi Armi tidak menjawab,” ungkapnya.

Tidak ada jawaban dari Armi, IR menganggap telah selesai dan uang yang diberikan Kivlan Zen juga telah dibagi-baginya.

”Ternyata tanggal 21 Mei pukul 20.00 WIB, saya ditangkap polisi berpakaian preman, hingga sekarang ini,” tandas IR.

Yang terakhir yaitu TJ yang juga mendapatkan perintah dari Mayjen Purn Kivlan Zein melalui HK alias Iwan untuk menjadi eksekutor penembakan target atas nama Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Gorries Mere.

"Saya diberikan uang tunai total 55 juta dari Pak Majyen Kivlan Zein melalui H. Kurniawan kemudian rencana penembakan menggunakan senjata laras panjang kaliber amunisi, dan senjata pendek. Senjata tersebut saya peroleh dari HK alias Iwan," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA