Namun hasil ini menuai banyak pertanyaan di publik. Sebab, pansel pimpinan Yenti Garnasih itu tidak meloloskan calon dari Indonesia bagian timur, khususnya Papua. Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai yang mendaftar bahkan tidak ada di daftar nama yang lolos.
Padahal, kata pengamat politik Adi Prayitno pansel memiliki tradisi untuk memenuhi aspek kedaerahan dari para calon.
"Dari dulu ada tradisi panitia seleksi selalu memenuhi aspek kedaerahan, setidaknya pada tahap awal atau administrasi," ujar pengamat politik, Adi Prayitno kepada
Kantor Berita RMOL, Kamis (11/7).
Demi menghindari prasangka buruk dari masyarakat, Adi mendesak agar Pansel Capim KPK membuka proses administrasi. Khususnya, profil 192 calon yang membuat mereka lolos.
“Mereka harus jelaskan aspek dan kriteria apa yang membuat 192 nama itu lolos dan peserta lainnya tidak lolos. Ini kan tidak pernah dijelaskan apa saja (kriterianya)," jelasnya.
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah ini menyebut jika pansel tidak bisa menjelaskan kriteria itu. Maka bisa membenarkan kecurigaan publik bahwa ada yang tidak beres dalam tim pansel.
"Intinya adalah jangan biarkan publik menilai kucing dalam karung, tidak tahu rekam jejak dan kemampuannya tetapi tau tau jadi pimpinan," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.