Di periode pertama, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen yang dicanangkan tak pernah terealisasi.
Oleh
karenanya, ekonom senior Institute for Development of Economics and
Finance (Indef), Didik J. Rachbini menilai Jokowi perlu berbenah diri
dalam menyusun pemerintahan periode kedua agar tak kembali terperosok.
"(butuh) Kepemimpinan ekonomi atau
economic leadership.
Koordinasi kebijakan untuk mencapai pertumbuhan 7 persen memerlukan
usaha yang dipimpin dan diarahkan dengan baik. Bukan semau
gue," kata Didik kepada
Kantor Berita RMOL, Jumat (12/7).
Pos
ekonomi merupakan kementerian yang krusial. Jokowi dinilai harus ekstra
hati-hati dalam memilih menteri yang berada di bawah koordinasi
Kementerian Koordinasi Perekonomian (Kemenko Perekonomian).
Terlebih saat ini Jokowi-Maruf disokong partai politik dengan perolehan suara tinggi di Pemilu.
Bagi
Didik, sosok profesional bahkan dari partai politik saja tak menjadi
jaminan berjalannya misi pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan naik.
Baginya butuh sosok yang lebih dari sosok yang saat ini mengisi jabatan
Kemenko Perekonomian dan kementerian di bawahnya.
"Tokoh yang
technopolitician.
Gabungan orang yang teknokratis, artinya mengerti kaidah-kaidah
kebijakan ekonomi, terdidik, tidak asal comot yang disodorkan partai,
tetapi tidak berdiri di atas ruang yang vakum," jelasnya.
"Kemudian tentunya mengerti dinamika sosial politik. Bisa menghadapi tantangan politik," sambung Didik.
Dengan kriteria tersebut, diharapkan perekonomian ke depan bisa lebih baik dari sebelumnya.
Selain
itu, Presiden juga harus sadar ada persoalan lain di luar kompetensi
masing-masing menteri yang secara tidak sadar memperburuk kinerja
jajarannya. Baginya, kandidat menteri ke depan harus bisa bekerja secara
sinergi dengan kementerian lain.
"Modal sosial, kekompakan,
chemestry yang terpadu. Tidak seperti sekarang antarmenteri saling mengunci," tandasnya.
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi sejak 2015 hingga 2019
selalu tak memenuhi target. Di tahun 2015, target sebesar 5,8 hanya
dipenuhi sebesar 4,88 persen. Kemudian di tahun berikutnya, target 6,6
ekonomi tumbuh hanya dicapai 5,07 persen.
Di tahun 2017 lebih
buruk. Target 7,1 persen yang dicanangkan hanya diraih 5,03 dan 2018,
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 7,5 persen hanya direalisasikan 5,2
persen. Dan untuk tahun ini, target 8 persen dirasa akan sulit karena
baru mencapai 5,3 persen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: