Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ekonomi Jeblok Terus, Jokowi Butuh Menteri Technopolitician

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Sabtu, 13 Juli 2019, 06:26 WIB
Ekonomi Jeblok Terus, Jokowi Butuh Menteri <i>Technopolitician</i>
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini/Net
rmol news logo Tim ekonomi Presiden Joko Widodo dinilai sudah gagal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun selama periode kepemimpinan 2014-2019.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Di periode pertama, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen yang dicanangkan tak pernah terealisasi.

Oleh karenanya, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini menilai Jokowi perlu berbenah diri dalam menyusun pemerintahan periode kedua agar tak kembali terperosok.

"(butuh) Kepemimpinan ekonomi atau economic leadership. Koordinasi kebijakan untuk mencapai pertumbuhan 7 persen memerlukan usaha yang dipimpin dan diarahkan dengan baik. Bukan semau gue," kata Didik kepada Kantor Berita RMOL, Jumat (12/7).

Pos ekonomi merupakan kementerian yang krusial. Jokowi dinilai harus ekstra hati-hati dalam memilih menteri yang berada di bawah koordinasi Kementerian Koordinasi Perekonomian (Kemenko Perekonomian).

Terlebih saat ini Jokowi-Maruf disokong partai politik dengan perolehan suara tinggi di Pemilu.

Bagi Didik, sosok profesional bahkan dari partai politik saja tak menjadi jaminan berjalannya misi pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan naik. Baginya butuh sosok yang lebih dari sosok yang saat ini mengisi jabatan Kemenko Perekonomian dan kementerian di bawahnya.

"Tokoh yang technopolitician. Gabungan orang yang teknokratis, artinya mengerti kaidah-kaidah kebijakan ekonomi, terdidik, tidak asal comot yang disodorkan partai, tetapi tidak berdiri di atas ruang yang vakum," jelasnya.

"Kemudian tentunya mengerti dinamika sosial politik. Bisa menghadapi tantangan politik," sambung Didik.

Dengan kriteria tersebut, diharapkan perekonomian ke depan bisa lebih baik dari sebelumnya.

Selain itu, Presiden juga harus sadar ada persoalan lain di luar kompetensi masing-masing menteri yang secara tidak sadar memperburuk kinerja jajarannya. Baginya, kandidat menteri ke depan harus bisa bekerja secara sinergi dengan kementerian lain.

"Modal sosial, kekompakan, chemestry yang terpadu. Tidak seperti sekarang antarmenteri saling mengunci," tandasnya.
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi sejak 2015 hingga 2019 selalu tak memenuhi target. Di tahun 2015, target sebesar 5,8 hanya dipenuhi sebesar 4,88 persen. Kemudian di tahun berikutnya, target 6,6 ekonomi tumbuh hanya dicapai 5,07 persen.

Di tahun 2017 lebih buruk. Target 7,1 persen yang dicanangkan hanya diraih 5,03 dan 2018, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 7,5 persen hanya direalisasikan 5,2 persen. Dan untuk tahun ini, target 8 persen dirasa akan sulit karena baru mencapai 5,3 persen. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA