Partai Nasdem dan PKB merupakan dua partai koalisi Jokowi-Maruf yang sudah terang-terangan menolak Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintah.
"Tentu tidak etis kedua partai itu menekan-nekan (Jokowi), ngotot, istilahnya secara berlebihan menolak Gerindra, sama saja itu enggak baik," ucap Director for Presidential Studies-DECODE UGM, Nyarwi Ahmad, ketika diwawancara
Kantor Berita RMOL, Jumat (26/7).
Nyarwi melihat Jokowi sedang dalam posisi serba salah untuk merangkul bekas rivalnya di Pilpres, Prabowo Subianto dan Partai Gerindra.
"Dia dilema, posisinya di sentral, tapi dibutuhkan kearifan untuk keputusan yang lebih jernih, untuk bisa diterima," katanya.
Nyarwi berharap parpol anggota koalisi pendukung Jokowi-Maruf Amin tidak hanya memikirkan kepentingan masing-masing. Mereka juga mesti mempertimbangkan ada kepentingan bangsa melalui keputusan Jokowi selaku presiden terpilih.
Dia yakin alasan Jokowi merangkul Prabowo karena menginginkan pemerintahan yang lincah, bisa melakukan akselerasi untuk mewujudkan janji-janji kampanye.
"Mereka harus bisa memahami kesulitan dan dilemanya presiden. Bukan hanya memikirkan kepentingannya," tegasnya.
"Mereka juga harus memikirkan bagaimana Jokowi memaksimalkan apa yang bisa diberikan sesuai dengan apa yang dijanjikan dalam kampanye, yang bisa memberikan manfaat yang besar pada pemilih atau masyarakat," tambah Nyarwi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: