Dalam uraiannya, Faisal menjelaskan bahwa Indonesia memang pernah menjadi negara pengekspor minyak dan gas alam terkemuka di dunia. Akan tetapi, kedigdayaan itu sirna sejak 2013 lalu, di mana Indonesia mengalami defisit minyak mentah (crude).
“Artinya sejak 2013, impor minyak mentah lebih besar dari pada ekspor minyak mentah. Defisit BBM sudah jauh lebih lama, yaitu sejak 1996. Defisit minyak total (minyak mentah dan produk minyak/BBM) terjadi sejak 2003,†paparnya.
Penyebab defisit energi ada dua faktor utama, yaitu posisi Indonesia yang menjadi konsumen energi nomor empat terbesar di antara negara berkembang.
Sementara faktor kedua adalah produksi energi, terutama minyak dan gas, yang turun secara konsisten.
Atas alasan itu, Faisal mewanti-wanti agar pemerintah mewaspadai defisit energi di tahun-tahunmendatang.
“Kita harus waspada, karena defisit energi sudah di depan mata. Mulai 2021 diperkirakan kita sudah mengalami defisit energi,†terangnya.
Jika tidak ada tindakan cepat, peneliti Indef itu memprediksi, defisit energi bisa mencapai 80 miliar dolar AS di tahun 2040.
“Defisit energi akan mengakselerasi jika kita tidak melakukan apa-apa,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.