Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rizal Ramli: Wacana Tax Amnesty Kedua Sri Mulyani Benar-Benar Konyol

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Senin, 12 Agustus 2019, 15:04 WIB
Rizal Ramli: Wacana Tax Amnesty Kedua Sri Mulyani Benar-Benar Konyol
Rizal Ramli/RMOL
rmol news logo Keinginan Kementerian Keuangan melakukan tax amnesty untuk kali kedua dianggap konyol. Selain itu, rencana ini juga mengkonfirmasi bahwa tax amnesty yang sebelumnya gagal.

Hal itu disampaikan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli. Menurutnya jika tax amnesty berhasil makan tax base-nya seharusnya membesar. Sementara ini tidak terjadi, dan tax base malah merosot.

"Lalu ada ide lagi bahwa perlu ada tex amnesty kedua. Nah, yang pertama saja gagal total. Ini benar-benar konyol. Harusnya dengan tax amnesty, tax base-nya semakin besar, pembayar pajak makin banyak dan sebagainya, (tapi) kenyataannya merosot," jelas Rizal.

Kegagalan yang dimaksud ialah dilihat dari capaian tax ratio atau rasio jumlah pajak terhadap GDP.

Berdasarkan data yang dipaparkan Rizal, tax ratio sejak pemerintah Jokowi dari 2014 hingga 2018 mengalami penurunan. Dimana pada 2014 sebesar 9,32 persen menjadi 8,85 persen di 2018.

Sedangkan tax ratio dari pajak ditambah dari Beacukai juga mengalami penurunan dari 10,85 persen pada 2014 menjadi 10,24 persen di 2018. Pada tax ratio dari pajak ditambah dengan Beacukai dan royalti sumberdaya alam (SDA) migas dan tambang sebesar 13,13 persen di 2014 menjadi 11,45 persen di 2018.

Dengan demikian, Rizal mempertanyakan program tax amnesty yang diselenggarakan Pemerintah Jokowi malah semakin memburuk. Seharusnya dengan adanya tax amnesty, penerima pajak akan meningkat.

"Kok ada tax amnesty makin merosot. Tax amnesty yang begitu heboh kampanyenya, kok hasilnya kayak gini?" tanya dia lagi.

Kegagalan tersebut menurut Rizal merupakan kegagalan Menteri Keuangan Sri Mulyani di periode pertama Presiden Jokowi.

"Waktu kami jadi Menko tahun 2000, tax ratio kita 12,5 persen. Hari ini lebih rendah, ini menunjukan kegagalan utama dari Menteri Keuangan "terbalik". Disebut terbalik, karena terbaik menurut asing, tapi buat rakyat dan ekonomi Indonesia malah terbalik," tegasnya.

Padahal kata Rizal, tugas utama Menteri Keuangan ialah meningkatkan tax ratio agar tidak bergantung pada hutang.

"Salah satu tugas utama dari Menteri Keuangan adalah meningkatkan tax ratio gini, agar supaya kita tidak bergantung sama hutang, tapi kalau tax ratio merosot, semakin lama kita akan semakin tergantung sama hutang, dengan bunga yang lebih tinggi," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA