Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sejarawan: Dekati Orang Papua Lewat Jalur Kebudayaan, Bukan Cuma Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Minggu, 25 Agustus 2019, 04:37 WIB
Sejarawan: Dekati Orang Papua Lewat Jalur Kebudayaan, Bukan Cuma Ekonomi
Asvi Warman Adam diwawancarai para wartawan/RMOL
rmol news logo Sebetulnya, pergolakan yang terjadi di Papua bukan perkara yang rumit untuk dibereskan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Jika menengok lagi pemicu kemarahan rakyat Papua, yaitu insiden bernuansa rasialisme, maka yang perlu diperbaiki adalah naluri kebudayaan masyarakat Indonesia.

Peneliti sejarah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam, menyatakan, pergolakan yang diwarnai isu separatisme Papua disebabkan oleh remuknya kebudayaan yang diwariskan leluhur bangsa Indonesia. Penyelesaian masalah Papua yang terjadi sejak tahun 1966 dapat diselesaikan dengan adaptifnya anak bangsa terhadap kebudayaan Papua.

"Jangan dilupakan juga, orang Papua itu punya adat istiadat yang tidak sama dengan kita. Harusnya diperhatikan hal itu. Saya lebih setuju mendekati Papua dengan cara kebudayaan," ujar Asvi kepada wartawan di D'Consulate, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8).

Kompleksitas persoalan di Papua meruncing karena pemerintah tidak memikirkan pendekatan selain ekonomi dan pembangunan. Padahal, masyarakat Papua adalah masyarakat yang konsisten melestarikan budayanya.

"Pendekatan kebudayaan yang perlu dilakukan. Jadi, bukan hanya pendekatan ekonomi dengan memberikan dana yang banyak. Tapi bagaimana menganggap orang Papua warga yang punya budaya," tutur pria yang sudah melahirkan banyak buku bertema sejarah ini.

Ia menyarankan, aparat keamanan yang bertugas di tanah Papua juga mau memahamI kebudayaan masyarakat setempat.

"Pendekatan keamanan harus dilakukan juga dengan berbudaya. Dalam arti, tentara dan polisi yang bertugas harus paham juga tentang budaya Papua," tambah Asvi.

Hanya melalui jalur kebudayaan maka rakyat Indonesia yang berada di tanah Melanesia itu merasa diperlakukan sama seperti manusia Indonesia pada umumnya. Sebab, manusia adalah makhluk kebudayaan.

"Jadi, dengan begitu orang Papua merasa di-uwongke (dimanusiakan), dianggap sama dengan anak bangsa yang lain," terangnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA