Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soal Papua, RR: Bapak Yang Bener Introspeksi, Bukan Main Gebuk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Rabu, 04 September 2019, 01:23 WIB
Soal Papua, RR: Bapak Yang Bener Introspeksi, Bukan Main Gebuk
Rizal Ramli/Repro
rmol news logo Bentrokan yang terjadi di Asrama Papua, Surabaya menjalar hingga ke Papua dan Papua Barat. Buntutnya, seruan melepaskan diri menggaung.

Menanggapi hal tersebut, tokoh nasional DR Rizal Ramli menganalogikan pada kehidupan berkeluarga. Di mana ada anak yang menuntut untuk keluar dari keluarga tersebut.

Menurutnya, ada tiga pilihan yang bisa diambil seorang bapak selaku kepala keluarga dalam menanggapi sikap anaknya itu.

“Saya punya tiga pilihan. Satu, saya gebukin anak itu. Kedua, kita usir,” tegasnya dalam acara Indonesia Lawyers Club yang disiarkan TV One, Selasa (3/9) malam.

Namun bukan dua opsi itu yang akan diambil oleh Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut. RR, sapaan akrabnya, memilih opsi ketiga untuk sang anak, yang dalam hal ini adalah masyarakat Papua.

“Opsi ketiga, bapak yang bener pakai alat introspeksi. Mungkin saya kurang sayang, kurang adil, mari kita duduk bersama (berdiskusi),” terangnya.

Dalam hal ini, RR menekankan agar pemerintah menganggap seluruh masyarakat Indonesia, termasuk warga Papua sebagai satu saudara. Sehingga pendekatan kekerasan bukan menjadi opsi yang dipilih.

“Kita harus anggap semua ini saudara, jadi pendekatannya jangan main gebuk,” sambung RR.

Pendekatan kekerasan justru akan membuat kerusuhan semakin menjadi-jadi. Rizal Ramli kemudian mengingatkan perjuangan Presiden Timor Leste pertama Xanana Gusmao, yang juga mantan gerilyawan.

Xanana awalnya hanya membentuk sayap militer dari organisasi politik yang dipimpin. Sayap militer ini hanya memiliki kader awal sebanyak seratus orang.

“Tapi karena, mohon maaf, aparat banyak main kasar pada sipil yang tidak bersenjata, akhirnya rakyat Timor Leste ikut gerakan militer ini,” urainya.

Demikian juga dengan GAM di Aceh, yang awalnya hanya bermodal 60 orang yang dididik di Libya. Tindakan keras aparat pada sipil tidak bersenjata akhirnya membuat GAM semakin berkuasa kala itu.

Intinya, kata RR, gerakan senjata harus dihadapi dengan sepatutnya. Tetapi jangan menggunakan gerakan represif atau kekerasan terhadap penduduk sipil di manapun di wilayah Indonesia.

“Karena kalau itu terjadi, maka sama saja kita membantu kampanye gerakan bersenjata,” tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA