Menurut massa, setiap lembaga hukum perlu memiliki dewan pengawas guna membantu melakukan kontrol. Dengan begitu penyalahgunaan wewenang alias
abuse of power tidak akan terjadi.
“Tugas pemberantasan korupsi harus diawasi untuk menghindari
abuse of power, penyalahgunaan kewenangan oleh KPK. Semua penegak hukum di Indonesia ada pengawasnya, kenapa KPK tidak ada?†ujar Koordinator aksi Ahmad, kepada wartawan, Minggu (8/9).
Masyarakat, sambung Ahmad tidak perlu alergi dengan perubahan UU KPK tersebut. Karena menurutnya, UU bukanlah sesuatu yang absolut melainkan dapat diubah untuk mengikuti perkembangan situasi dan kondisi.
“WP KPK menduga pegawai KPK yang menolak revisi UU KPK dan menolak Capim KPK hasil seleksi dari Pansel KPK dan seleksi
fit and proper test oleh DPR adalah mereka yang sudah merasa nyaman di zona saat ini,†tegasnya.
Terkait dengan 10 nama Capim KPK yang lolos seleksi oleh Panitia Seleksi KPK (Pansel KPK), pihaknya mendukung. Karena menurutnya, mereka adalah para Capim terbaik yang perlu diapresiasi agar dapat ditindaklanjuti oleh DPR.
Terakhir, WP-KPK memberikan saran kepada para pegawai KPK sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) agar loyal kepada institusi, bukan kepada individu per individu apalagi sampai menolak Capim KPK setelah lulus seleksi.
“Siapapun pimpinan KPK, WP-KPK (wadah pegawai) loyal pada institusi, bukan orang,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: