Menurut analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, kekecewaan publik ini cukup rasional. Terutama yang muncul dari kalangan yang peduli terhadap pemberantasan korupsi.
“Jokowi adalah puncak harapan, tetapi persetujuannya terhadap revisi UU KPK juga restunya kepada capim pelanggar etika, meruntuhkan kepercayaan publik. Lebih jauh lagi, Jokowi melanggar janji kampanyenya sendiri,†ungkap Dedi kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (16/9).
Menurutnya, kondisi masyarakat yang saat ini kecewa dan mulai kehilangan kepercayaan terhadap Jokowi dinilai krusial bagi kerja pemerintahan. Terlebih, mantan Gubernur DKI Jakarta itu seakan-anak menutup telinga terhadap keluhan masyarakat.
“Kritik publik demikian kerasnya, sementara Jokowi tidak menunjukkan tanda mendengar. Maka wajar jika kemudian publik mulai mengemukakan sikap
distrust ini,†tambahnya.
“Bahkan,
cover Tempo tidak sekadar menyimbolkan kebohongan, lebih dari itu. Refleksi pewayangan Petruk jadi Raja, di mana lakon Petruk berhidung panjang, memiliki tampuk kekuasaan, tetapi tidak independen. Karena ada sosok lain yang mengatur, dan tanpa sosok pengatur ini, Petruk bisa terjungkal dari kekuasaan,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: