Tokoh Alumni 212, Kapitra Ampera menyebut, aksi demonstrasi tersebut justru tidak lebih dari gerakan sekadar melampiaskan dendam lama pasca kekalahan Pilpres 2019 lalu.
“Saya lihat memang udah enggak jelas nih. 212 kok jadi latah, tidak substantif. Kesannya kok ada dendam lama," uja Kapitra kepada wartawan, Minggu (29/9).
Kapitra menyoroti soal keberadaan spanduk ‘TAP MPR RI 6/2000’ yang dibawa pendemo, hal itu dinilai salah kaprah. Ia pun membandingkan aksi Mujahid 212 dengan demonstrasi mahasiswa yang pesannya lebih tepat disampaikan.
“Demonstrasi (Mujahid 212) tidak ada substansinya dengan tuntutan mahasiswa, ditambah lagi dengan spanduk itu. Saya ini Mujahid asli 212, jadi malu, tertampar saya. Gak jelas agendanya apa tapi ada
hidden agenda, agenda terselubung,†ungkapnya.
Kapitra juga menilai aksi Mujahid 212 sudah mempolitisasi agama. Pasalnya, dalam orasi-orasi yang disuarakan dari mobil komando muncul ujaran sumpah serapah dan pelaknatan.
“Dibawa ke jalan sumpah-sumpah. Kapan ya agama Islam diajarin seperti ini? Saya enggak pernah diajari seperti itu. Gerakan ini justru memperburuk
image (Islam),†demikian Kapitra.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.