"Baik Prabowo maupun Surya Paloh, keduanya punya sejarah politik yang sama dimana sebelumnya berkiprah di Golkar," ungkap pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ade Reza Hariyadi saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (14/10).
Keduanya memang sama-sama pernah berkecimpung di partai beringin. Bahkan Prabowo sempat mencalonkan diri sebagai presiden dalam konvensi capres Golkar 2004 silam meski kalah suara dari Wiranto.
Pun demikian dengan Paloh sebelum akhirnya mendirikan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) 2011 silam. Pernah dalam satu partai membuat reuni keduanya berjalan hangat.
"Hubungan masa lalu tentu mempermudah keduanya untuk membangun relasi politik yang erat meski berbeda partai," lanjutnya.
Menurut Ade, baik Gerindra maupun Nasdem juga tidak memiliki rentang ideologis yang tajam. Keduanya dalam spektrum politik nasionalis-populis sehingga tidak ada hambatan ideologis jika kemudian berkongsi dalam pemerintahan Jokowi di jilid kedua ini.
"Jika keduanya masuk dalam koalisi pemerintahan, hambatan yang potensial terjadi diperkirakan hanya soal perebutan posisi pemerintahan maupun kebijakan yang dianggap strategis bagi kedua partai tersebut," jelas Ade.
"Biasanya, hal tersebut tidak akan terlalu sulit untuk dipecahkan karena dapat diselesaikan dengan pertukaran kepentingan dan
power sharing," pungkasnya.
Keduanya melakukan pertemuan di Jalan Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Prabowo didampingi oleh Waketum Partai Gerindra, Edhy Prabowo dan Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani. Sedangkan Surya Paloh juga didampingi Sekjen Nasdem, Johnny G Plate.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: