Syahdan, ada Poros III Free-riders dan provokator yang tidak suka. Mereka caci maki Prabowo dan hina-hina Jokowi. Massa dungu mengekor di belakang Rocky Gerung dan PKS. Nyaring dengan segala macam
bully.
Kesalahan berawal dari paradigma fundamental soal pilpres. Alih-alih sebagai "kompetisi", bagi mereka, pilpres adalah sebuah perang beneran. Perjuangan. Bunuh-bunuhan. Pijakannya;
politics-of-hatred.
Para provokator itu;
They set people against each other in a zero-sum game.
Semasa kampanye, mereka pura-pura "bela Prabowo",
defined by common enemies i.g. Mr Jokowi.
Prabowo's camp dan haters beda pandangan pasca pilpres. Oposisi
or masuk pemerintahan. Kontras. Oposisi berdasarkan
permanent hatred.
Perspektif orang baik melihat dunia sebagai "
peace, trade, and progress for everyone". Artinya; "
a world without the distinction of friend and enemy and hence a world without politics".
Bagi Penumpang Gelap; semua ini hanyalah "
about struggle, destruction, victory, and rule".
Mereka produksi
friend-enemy grouping. Just like Karl Marx dan Carl Schmitt. Lagu mereka menandakan diri sebagai
"high priest of a death cult".
Di Era
hyper-politicized, para provokator itu memberi landasan kepada massa dungu,
discovering new excuses to hate on others.
Mereka rilis blood-sport of demonizing people based on SARA, Anti Cina, Anti Kafir dan halusinasi lainnya.
Provokator dari Ex Kubu Jokowi menuding Pak Prabowo dengan serangan kosong. Inas Nasrullah dari Hanura mempertanyakan motif Pak Prabowo. Penuh curiga. Padahal cuma karena takut tersingkir Poros Mega-Pro Jokowi.
Selain penjelasan di atas, satu-satunya alasan yang sebenarnya adalah Pak Prabowo adalah patriot. Gerindra adalah partai para patriot berkumpul. Dia hanya ingin mengabdi kepada negara. Tidak cari kedudukan dan popularitas.
Pak Prabowo punya hubungan baik dengan Ibu Mega, Jokowi, Hendropriyono, Wiranto, Budi Gunawan, dan sebagainya.
Pak Prabowo itu tidak punya musuh. Kualitas terpuji. Franklin D. Roosevelt menyatakan, "
I ask you to judge me by the enemies I have made."
Tapi alas, percuma menjelaskan ini kepada Penumpang Gelap, Haters dan Massa Dungu. Seperti kata Elbert Hubbard, "
Never explain―your friends do not need it and your enemies will not believe you anyway".
Penulis merupakan aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: