Pakar ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy salah satu yang menyayangkan pilihan Jokowi tersebut. Dia mempertanyakan dasar metodologi berpikir mantan walikota Solo itu dalam memilih Sri Mulyani.
Sebab, selama menjabat sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani tidak mencerminkan ekonomi Indonesia berdikari. Sri Mulyani justru gemar mencari utang luar negeri sebagai solusi bangsa.
“Kalau dilihat dari cita-cita Jokowi, dia mengatakan ada trisakti, dalam trisakti itu ada soal ekonomi berdikari. Di bawah Sri Mulyani, ekonomi kita berdikari atau tidak? Itu pertanyaannya,†ujarnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Selasa (22/10).
Dia menyampaikan dalam lima tahun kepemimpinan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia melamban bahkan stagnan dan berpotensi
nyungsep.
Sementara jika dilihat dari indeks persaingan ekonomi, Indonesia mengalami penurunan, kemudahan berbisnis tidak baik, dan tax ratio di bawah 10 persen.
“Saya pernah sampaikan data mengenai gagasan
tax amnesty. Tax amnesty itu bukti kegagalan fiskal di Indonesia,†paparnya.
Aspek lain yang lebih menarik lagi, kata Ichsanuddin Noorsy, adalah sumber daya manusia yang dikuasai oleh asing.
Oleh sebab itu, kehadiran Sri Mulyani dalam jajaran Kabinet Kerja II Jokowi tak lain hanya berbasis bisnis, bukan membangun perekonomian Indonesia.
“Melihat terbalik di belakang itu, ada pesan khusus dari luar kita tidak tahu ada atau tidak,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: