Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat Militer: Masalah Intoleransi Jadi Penghambat Pembangunan Nasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Rabu, 30 Oktober 2019, 15:02 WIB
Pengamat Militer: Masalah Intoleransi Jadi Penghambat Pembangunan Nasional
Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie(kanan)/RMOL
rmol news logo Intoleransi masih menjadi salah satu penghambat upaya pembangunan dan ketahanan nasional.

"Masih ada kelemahan pembangunan nasional menuju tercapainya national interest Indonesia. Yang paling mengemuka saat ini yaitu pembangunan manusia yang terhambat karena masalah intoleransi," kata pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie di DPP Nasdem, Kamis (30/10).

Ia menjelaskan, salah satu faktor menguatnya intoleransi adalah adanya pemahaman yang salah terkait religiusitas yang terus masuk mencampuri pemerintahan negara.

Dia berujar, setidaknya penguatan intoleransi telah memunculkan sekitar 29,7 persen profesional muda yang tidak mendukung pemimpin nonmuslim, serta terdapat sekitar 15.000 anggota TNI terbina oleh kaum radikal.

Doktor bidang politik jebolan Universitas Indonesia ini menambahkan, konsep religiusitas membawa kepentingan nasional Indonesia justru kembali ke masa lalu dan bukan ke masa depan. Salah satu ciri-cirinya adalah adanya penolakan yang demikian besar terhadap pemimpin nonmuslim.

Pada dasarnya, kondisi ini tak akan mengalami perang seperti invasi pasukan langsung yang masuk ke dalam wilayah NKRI, melainkan perang di media sosial.

"Perang kita ada di tangan kita, di media sosial. Ruang virtual internet sudah menjadi media perang. Di dunia ada 4 miliar orang pengguna internet, mereka dipaksa untuk berpikir, melihat, dan mendengar. Ada perang informasi, ditransmisikan oleh semua media komunikasi. Kita berada di tengah situasi seperti saat ini," ujarnya.

Dirinya mengingatkan, sampai dengan saat ini masih ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terus menebar berita bohong. Kondisi ini jika dibiarkan akan sangat berbahaya bagi kepentingan bangsa dan negara.

"Hoax merajalela dengan ratusan ribu situs. Ini adalah kondisi yang cukup berbahaya jika dibiarkan," simpulnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA