"Kalau melihat sekarang, kinerja sudah membaik. Karena pembiayaan yang lama banyak bermasalah, sehingga belum ngangkat," kata pengamat keuangan syariah, Mohammad B. Teguh saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (15/11).
Dengan demikian, jelas Teguh, yang dibutuhkan bank syariah pertama di Indonesia ini adalah dukungan dan suntikan modal.
"Kinerjanya mulai membaik, tapi tetap membutuhkan tambahan modal karena masih terbebani oleh pembiayaan yang tidak sehat di masa sebelumnya," imbuhnya.
Diharapkan, ada support business to business untuk menambah modal Bank Muamalat, sehingga kinerja yang sudah mulai membaik tambah baik lagi.
"Kita percaya kepada pemerintah. Pemerintah pasti memikirkannya, atau jangan-jangan sekarang sudah dilakukan," ungkapnya.
Menurut Teguh, ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu dan menyelamatkan Bank Muamalat. Tidak hanya menyuntikkan modal, tapi memberi kemudahan.
"Kasih jalan, bantu dipromosikan. Atau mengundang investor, baik lokal maupun asing yang paham syariah. Ketika ada investor, beri kemudahan, beri insientif. Artinya, tidak harus duitnya pemerintah," pungkasnya.
Periode Januari-Agustus 2019, laba bersih Bank Muamalat tercatat hanya mencapai Rp 6,57 miliar. Periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih perusahaan mencapai Rp 110,9 miliar.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: