Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ichsanuddin Noorsy: Sri Mulyani Belum Mengerti Model Antisipasi VUCA

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Kamis, 05 Desember 2019, 16:30 WIB
Ichsanuddin Noorsy: Sri Mulyani Belum Mengerti Model Antisipasi VUCA
Ichsanuddin Noorsy/Net
rmol news logo Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali mendapat penghargaan sebagai menteri terbaik. Kali ini penghargaan diberikan oleh salah satu media online beberapa waktu lalu.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Menariknya, saat memberi sambutan Sri Mulyani mengurai mengenai ketidakpastian global. Dia menyebut bahwa ketidakpastian global sulit untuk diprediksi. Pola, pattern, dan frekuensinya, kata Sri Mulyani, sama sekali tidak bisa dipastikan.

Menanggapi itu, pakar komunikasi politik Ichsanuddin Noorsy tergelitik. Pasalnya, Sri Mulyani seperti tidak paham model antisipasi baru yang berkembang secara akademik di Harvard, yaitu model antisipasi VUCA. Kepanjangan dari Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous.

“Jadi Sri Mulyani cuma bicara ketidakpastian. Padahal ada gonjang ganjing, kompleks, dan ambigu,” terangnya kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Kamis (5/12).

Artinya ada model analisa secara campuran dengan mempertimbangkan analisa kecenderungan dan perilaku. Dengan begitu, tidak mungkin gejolak gelobal tidak bisa diprediksi.

Indonesia sendiri, sambungnya, sudah punya alat untuk menghadapi VUCA, yaitu hikmah kebijaksanaan. Secara substansi, sebuah peristiwa harus diambil hikmahnya untuk kemudian dibuat sebuah kebijaksanaan yang memenuhi rasa keadilan semua pihak.

“Jadi Indonesia sudah punya tools-nya,” terang Ichsanuddin.

Dalam hal ini, pemerintah harus menempatkan diri pada lima posisi, yaitu jangan menindas, bangun rasa keadilan, memberikan hak orang, jangan egois mau menang sendiri, dan terpenting tidak menempatkan diri sebagai hukum.

“Jangan I’m the law as the king,” tegasnya.

Jika itu tidak dilakukan, maka akan mengakibatkan pemerintah impoten, sebatas punya semangat tetapi tidak berdaya.

“Itu bisa ditunjukkan pada bagaimana pemerintah masih mendapatkan fiskal, dapat sumber daya, tapi rakyatnya merasakan ketidakadailan, ada penganiayaan hukum,” urainya.

“Jangan jadikan rakyat sebagai objek. Subsidi dicabut tapi kebutuhan pokok dibiarkan naik. Itu pada hakekatnya rakyat sedang dihisap,” demikian Ichsanuddin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA