Di tengah kerumunan aksi tersebut terdapat sekelompok mahasiswa yang tampak asyik bermain lompat tali dan taplak gunung atau dalam bahasa jawa kerap dikenal dengan engklek.
Tidak hanya itu, ada juga sejumlah permainan anak siswa sekolah dasar (SD) yang dimainkan di tengah aksi.
Mereka merupakan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Kolektif Baca Jakarta. Tujuan 14 mahasiswa melakukan aksi tersebut adalah untuk menyindir Presiden Joko Widodo bahwa ruang publik semakin minim.
"Ini buat satir bahwa ruang publik untuk masyarakat semakin minim, sampai-sampai kita harus bermain di jalan," kata anggota kelompok tersebut, Anam kepada
Kantor Berita Politik RMOL, di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (10/12).
Anam juga menyebutkan, bentuk aksi tersebut sekaligus memperlihatkan kepada aparat keamanan bahwa mahasiswa tidak seburuk yang mereka pikirkan. Di mana, aksi mahasiswa seringkali ditafsirkan berujung ricuh.
"Daripada aksi kita istilahnya yang dikatakan oleh aparat itu aksi anarkis, katanya gitu kan. Ya lebih baik kita melawan dengan hal-hal yang menggembirakan," kata Anam.
Tidak hanya ruang publik secara tersurat yang disindir, melainkan juga ruang untuk publik menyatakan pendapat yang mulai mengkhawatirkan.
Teranyar, kasus tersebut menimpa filsuf dari Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung yang berujung pada pelaporan ke polisi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: