BPS menganalisa, keburaman ekonomi Indonesia tersebut disebabkan oleh perang pasar antara Amerika dan China, ekonomi global yang melemah, penurunan komoditas dan investasi batubara yang terjun bebas hingga mencapai 45 persen.
Pakar ekonomi dari INDEF, Drajad Wibowo mengatakan, dirinya agak kurang percaya dengan data yang dikeluarkan BPS. Lantaran pernah mengeluarkan data perihal pengangguran dan kemiskinan yang kurang akurat.
“Sebagai catatan, saya termasuk ekonom yang sering menyangsikan kebenaran data BPS. Jika sebelum 2010, saya menyangsikan data pengangguran dan kemiskinan BPS,†ucap Drajad kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/12).
Drajad juga pernah mencurigai BPS tidak akurat mengenai bisnis dan konsumsi yang banyak lesu tapi pertumbuhan ekonomi tetap di angka 5 persen.
“Tapi sejak 2014, data yang paling mendasar seperti PDB (produk domestik bruto), pertumbuhan dan inflasi pun hemat saya mencurigakan. Setelah lembaga asing tidak percaya data ekonomi Indonesia, baru berbagai pihak “terbuka pikirannyaâ€,†jelasnya.
Dia berpesan, agar BPS apa adanya dan tidak ada kepentingan politis dalam mengeluarkan data faktual terlebih data tersebut dalam bidang ekonomi.
“BPS harus jujur dan akurat. Itu sangat krusial. Yang penting BPS kerja benar dan jujur saja,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: