Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pak Jokowi, Ini Sumber Pendanaan APBN Potensial Tapi Tak Konvensional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Minggu, 22 Desember 2019, 23:33 WIB
Pak Jokowi, Ini Sumber Pendanaan APBN Potensial Tapi Tak Konvensional
pengamat ekonomi dan politik dari Nusantara Centre, Yudhie Haryono/Ist
RMOL. Harus ada perubahan strategi dalam pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dilakukan Presiden Joko Widodo di periode kedua memimpin Indonesia.

Beberapa perubahan yang perlu dieksekusi yakni pendanaan APBN yang selama ini hanya mengandalkan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak (PNBP), dan utang.

Menurut pengamat ekonomi dan politik dari Nusantara Centre, Yudhie Haryono, pendanaan APBN bisa ditambah dengan sumber non-konvensional, salah satunya opsi pajak super progresif yang bisa diperuntukkan mobil mewah, perkantoran, pabrik dan lain-lain.

Tak hanya soal pajak super progresif, lanjut Yudhie, pemerintah diminta tak lagi mengandalkan pendanaan konvensional dalam menggenjot pembangunan infrastruktur.

Atas dasar kedaulatan negara, pemerintah bisa saja menugaskan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak sejumlah uang baru sesuai kebutuhan tanpa harus mengganggu likuiditas uang yang telah tersedia di pasar.

“Siapa bilang (BI) tidak bisa (mencetak uang untuk pembiayaan infrastruktur)? Kalau soal diprotes oleh negara lain, ya itu sudah pasti, tapi apakah bisa? Secara ilmu ekonomi bisa saja itu dilakukan asal uangnya benar-benar dipakai hanya untuk pembangunan (infrastruktur) dan setelah usai harus ditarik lagi sehingga tidak membanjiri pasar sampai terjadi inflasi,” papar Yudhie.

Ia sadar cara-cara out of the box ini akan dianggap sebagian pihak mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Namun baginya, fakta saat ini bukan perekonomian negara yang terancam, melainkan pihak-pihak yang mempermasalahkan itulah berpotensi kehilangan ladang untuk mendapatkan keuntungan.

“Karena dengan cara-cara konvensional, perbankan dapat untung dari pembiayaan ke BUMN infrastruktur. Investor besar diuntungkan karena pemerintah jadi merasa perlu menerbitkan SUN (Surat Utang Negara). Mereka-mereka ini yang membangun persepsi seolah cara-cara pendanaan konvensional adalah satu-satunya jalan keluar. Itu salah besar,” tandas Yudhie

Selain Yudhie, turut hadir sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah Ketua Tim Perumus Pendidikan di YSNB (Yayasan Suluh Nuswantara Bhakti), Bambang Pharma dan Ketua Bidang Pendidikan NU Circle, Ketua Presidium Gernas Tastaka, Achmad Rizali. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA