Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Retno Marsudi Tampik Kabar Berikan Tebusan Kepada Kelompok Abu Sayyaf

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 27 Desember 2019, 06:56 WIB
Retno Marsudi Tampik Kabar Berikan Tebusan Kepada Kelompok Abu Sayyaf
Menlu Retno Marsudi Bersama Dua WNI yang Berhasil Dibebaskan/Net
rmol news logo Dua warga negara Indonesia yang disandera selama tiga bulan oleh kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf di Filipina selatan akhirnya bertemu kembali dengan keluarganya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Samiun Maneu (27) dan Maharuddin Lunani (48) bertemu kembali dengan keluarganya di Kementerian Luar Negeri pada Kamis (26/12), setelah dibebaskan pada Minggu (22/12) oleh militer Filipina.

Sebelumnya, ketiga nelayan diculik kelompok Abu Sayyaf pada September lalu di perairan Tambisan,  yang berdekatan dengan Filipina selatan.

Melalui pesan video yang beredar, ketiganya mengaku disandera pada 24 September lalu dan meminta kepada Presiden Joko Widodo membebaskan mereka dari sekapan Abu Sayyaf yang meminta uang tebusan sekitar Rp8 miliar.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menampik anggapan bahwa pemerintah Indonesia memberikan tebusan kepada para penyandera, terkait  dua dari tiga WNI yang berhasil diselamatkan dari Kelompok Abu Sayyaf.

"Pembebasan sandera tidak pernah mudah dan kali ini bahkan jatuh korban dari militer Filipina," ujar Retno, tanpa menjelaskan lebih lanjut proses pembebasan sandera.

Satu WNI lainnya masih menjadi sandera Kelompok Abu Sayyaf, ia tertinggal dalam operasi militer yang dilakukan tentara Filipina bersama TNI dan BAIS.

Retno mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi kembali dengan Menteri Pertahanan Filipina dan membahas mengenai upaya pembebasan satu sandera yang belum dibebaskan.

"Kita minta agar upaya pembebasan dengan selamat dapat segera dapat dilakukan dan Menhan Filipina mengatakan, akan bekerja sekeras mungkin untuk upaya pembebasan tersebut," jelas Retno.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, pemerintah perlu memperjelas keberadaan satu WNI yang hingga kini masih tersandera dan mengintensifkan upaya pembebasan terhadapnya.

"Semakin berlarut-larut operasi pembebasan itu akan berpotensi membahayakan keselamatan si sandera yang tersisa satu orang ini," ungkap Fahmi.

Operasi militer tidak boleh dikendorkan, harus dilakukan semakin intens.

"Hal ini untuk memperbesar peluang si sandera bisa diselamatkan, atau setidaknya kemungkinan si sandera dieksekusi sebagai bentuk pembalasan kelompok Abu Sayyaf bisa dihindari," jelas Fahmi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA