Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Arief Poyuono: Rakyat Kita Masih Saling Fitnah Kok Mau Perang Sama China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Sabtu, 04 Januari 2020, 20:29 WIB
Arief Poyuono: Rakyat Kita Masih Saling Fitnah Kok Mau Perang Sama China
Waketum Gerindra, Arief Poyuono/Net
rmol news logo Banyak pihak yang meminta pemerintah bertindak tegas atas masuknya kapal-kapal Pemerintah Komunis China ke daerah kedaulatan Republik Indonesia yaitu laut Natuna Utara.

Bahkan tuntutan dari beberapa kalangan meminta tindakan keras berupa ultimatum ke China atas tindakan klaimnya, termasuk pernyataan siap melawan alias perang.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono heran dengan desakan berbagai kalangan. Menurut Arief, kondisi internal masyarakat Indonesia yang saat ini sibuk dengan saling fitnah dan saling ejek tidak tepat jika desakan untuk melawan Pemerintah Komunis China.

"Coba berkaca pada bangsa kita. Saat ini wong pasca Pilpres saja di negara kita rakyatnya masih saling fitnah, saling benci dan saling ngejek, saling curiga kok mau perang lawan China  Mana mungkin bisa menang yang ada pada berantem sendiri nanti kalau perang," kata Arief dengan heran, Sabtu (4/1).  

Menurut Arief, pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bahwa Indonesia perlu bersikap tenang dan memperlakukan China sebagai sahabat adalah tepat.

"Jadi yang dibilang Prabowo kita harus bersikap cool terhadap masalah kapal kapal RRC (China) yang masuk ke Perairan Natuna itu jawaban dan solusi yang paling tepat," tegas Arief.

Lebih lanjut Arief menjelaskan, pemerintah Komunis China adalah salah satu negara yang menanmankan investasi besar ke Indonesia. Kata Arief, penyelesaian masalah klaim China atas Laut Natuna Utara lebih dengan jalur diplomasi.

"Jadi cara cool lebih baik menyelesaikan masalah ini, misalnya dengan jalur perundingan diplomasi dengan China atau kalau diplomasi mentok yang cara satu-satunya mengajukan gugatan ke arbitrase internasional di Denhag di Belanda kayak Filipina untuk menggugat dash nine line yang diberlakukan China terhadap Laut China Selatan," pungkasnya. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA