Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Seperti Kacang Lupa Kulitnya, China Tak Bisa Masuk PBB Tanpa Perjuangan Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Minggu, 05 Januari 2020, 20:37 WIB
Seperti Kacang Lupa Kulitnya, China Tak Bisa Masuk PBB Tanpa Perjuangan Indonesia
Ilustrasi kapal asing/Net
rmol news logo Pemerintahan Partai Komunis China di Beijing seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Rezim Xi Jinping seolah lupa, bahwa tanpa Indonesia, mustahil rasanya negara itu bisa menjadi seperti yang dikenal dunia saat ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Penilaian yang mengatakan China seperti kacang yang lupa pada kulitnya disampaikan oleh mantan pentolan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Pusat, Teddy Setiawan.

Aktivis 1966 ini mengingatkan, posisi strategis yang dimiliki China sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB terjadi karena antara lain perjuangan Indonesia saat itu.

"Bagaimana si kancil, Pak Adam Malik, dapat meyakinkan strategi politik Indonesia bagi negara Asia dan Afrika untuk mendukung China di pemilihan suara untuk masuk menjadi anggota PBB,"  kata Teddy Setiawan dalam keterangan yang diterima redaksi, Minggu (5/1).

Republik Rakyat China (RRC) diterima sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB dalam Sidang Umum PBB di tahun 1971. Sidang tahunan ke-26 itu dipimpin Menlu RI Adam Malik yang menjadi Presiden Majelis Umum PBB.

Sebelum itu, sejak 1945 kursi Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB untuk China diduduki Republik China atau Taiwan yang dikuasai Partai Kuomintang.

"Dalam pemungutan suara di PBB, suara Indonesia menjadi penentu kemenangan China di PBB, sementara hubungan diplomatik Indonesia dan China masih terputus akibat G30/S PKI," sambung Teddy.

Berkaca dari sejarah, ia pun meminta China untuk menghargai Indonesia. Tanpa dukungan Indonesia, negara tirai bambu itu tak bisa berkembang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dunia seperti sekarang.

"Wilayah laut Natuna milik Indonesia harus dihormati oleh pemerintah China sehingga masing-masing negara menjaga keamanan dan kekayaan maritimnya," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA