Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Polemik Keberadaan Harun Masiku, Rocky Gerung: Kekuasaan Ini Sudah Keropos

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Senin, 03 Februari 2020, 14:27 WIB
Polemik Keberadaan Harun Masiku, Rocky Gerung: Kekuasaan Ini Sudah Keropos
Rocky Gerung/Net
rmol news logo Polemik keberadaan Harun Masiku yang masih buron karena lari dari kasus korupsi pergantian antar waktu (PAW) Anggota DPR RI PDIP Dapil Sumsel I Riezky Aprilia, kembali mendapat tanggapan dari pengamat politik.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kali ini, Rocky Gerung angkat bicara terkait sikap pemerintah yang terkesan plin-plan menjelaskan keberadaan Harun.

Sebab, ia melihat pernyataan Presiden Joko Widodo yang hanya menyindir penjelasan Menkumham Yasonna H. Laoly soal keberadaan Harun tidak memperjelas keberadaan buronan itu.

Kata Rocky pernyataan politik Kepala Negara itu justru menguatkan adanya permainan politik yang dilakukan oleh para penguasa.

"Permainan semacam ini dengan mudah dibongkar karena logika pembelaannya compang-camping," ucap Rocky.

Selain itu, sikap Yasonna Laoly yang secara tiba-tiba memutasi Direktur Jendral Imigrasi Kemenkumham, Ronny F. Sompie, juga dianggap oleh Rocky sebagai ketidakjujuran pemerintah.

Ditambah dengan temuan CCTV Tempo media di Bandara Soekarno-Hatta, yang memperlihatkan keberadaan Harun di Jakarta pada tanggal 7 Januari 2020.

"Jadi delegitimasi itu berjalan terus karena ketidakmampuan kekuasaan bersikap jujur terhadap peristiwa itu," kata Rocky.

Fakta-fakta itu yang kemudian disebutkan Rocky sebagai kebobrokan pemerintah. Sebab katanya, keadilan hanya bisa didapatkan ketika penguasa berkata.

"Bahwa ada yang decay (membusuk) dalam kekuasaan. Itu enggak bisa dicegah, karena tidak ada cara lain untuk mengatakan bahwa kekuasaan ini sudah keropos," imbuh Rocky.

Lebih lanjut, pendiri Setara Institute ini berharap Presiden Jokowi sadar bahwa dirinya tengah dikelilingi oleh elite-elite haus kekuasaan.

"Jadi saatnya memang, bukan memindahkan ibukota, tapi memindahkan kepala negara ke tempat seperti suaka politik sebentar, supaya dia bisa mengambil jarak dengan kelompok koalisinya," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA