Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anton Tabah: Copot Yudian Atau Sekalian Bubarkan BPIP!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Rabu, 12 Februari 2020, 14:14 WIB
Anton Tabah: Copot Yudian Atau Sekalian Bubarkan BPIP<i>!</i>
Anton Tabah Digdoyo/Net
rmol news logo Ucapan Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang menyebut musuh sesungguhnya dari Pancasila adalah agama menjadi polemik.

Bahkan, Rektor UIN Sunan Kalijaga itu mendasarkan ucapannya itu pada kemunculan sekelompok orang yang mengorganisir kelompoknya dan mengklaim mewakili seluruh umat yang seagama dengan mereka.

"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," ujar Yudian.

Soal pernyataan itu, Dewan Pakar ICMI Pusat Anton Tabah Digdoyo menyebut Yudian secara tidak langsung sudah melukai hati umat beragama di Indonesia.

"Dia katakan agama musuh terbesar Pancasila. Kenapa dia jadi sedungu itu?" kata Anton Tabah kepada redaksi, Rabu (12/2).

Anton Tabah mengingatkan Yudian, bahwa Pancasila adalah buah pikir luhur pendiri bangsa yang kemudian menetapkannya menjadi pedoman kehidupan bangsa Indonesia.

Bahkan, kata dia, agama dan Indonesia adalah variabel yang tidak bisa terpisahkan.

"Hubungan negara dan agama sangat erat karena the founding fathers kita dengan tegas mendeklarasikan Indonesia bukan negara sekuler. Tetapi, negara beragama karena mewajibkan WNI wajib beragama dan menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar NKRI," jelasnya.

Mantan petinggi Polri ini mengingatkan Presiden Jokowi untuk mencopot Yudian sebagai Kepala BPIP atau sekaligus membuabarkan lembaga itu.

"Orang macam ini (Yudian) tak layak duduk di BPIP atau bubarkan saja BPIP tidak memberi manfaat malah membahayakan NKRI jika diawaki oleh orang-orang yang kontra Pancasila," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA